The Grand Old Man from Indonesia

0
326 views
Haji Agus Salim (Ist)

Puncta 17.08.21
HR Kemerdekaan RI
Matius 22:15-21

BELANDA kalah melawan Jepang. Negeri Matahari Terbit itu menjajah Indonesia selama tiga setengah tahun. Indonesia memproklamirkan diri menjadi bangsa merdeka pada 17 Agustus 1945.

Namun Belanda terus berusaha kembali menjajah Nusantara. Belanda melakukan agresi dan menduduki wilayah kita.

Ada banyak perundingan diplomasi antara Indonesia–Belanda.

Diplomat penting Indonesia waktu itu adalah Haji Agus Salim. Ia memimpin delegasi Indonesia sejak Perundingan Renville, Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.

Ia pandai berkomunikasi, menguasai enam bahasa, dan punya gaya diplomasi tingkat tinggi.

Orangtua dengan janggut putih, peci di kepala dan kacamata bulat itu berpenampilan sederhana. Namun otaknya brilyan, penuh wibawa dan tegas.

Ketika sessi rehat di KMB, ia merokok di sudut ruangan. Bau rokok klobot sangat menyengat.

Para peserta merasa terganggu dengan asap rokok dari orangtua itu.

Delegasi Amerika, Australian dan Belanda mendekatinya. Orang Belanda berkata, “Apa tuan tidak punya rasa hormat?”

“Apa maksud tuan dengan rasa hormat?” jawab orangtua itu.

“Bau asap rokok dan aromanya itu sangat menyengat, mengganggu kami semua,” kata si Belanda.

“Tahukah tuan, aroma ini berasal dari tembakau Deli, cengkeh dari Sulawesi, dan lada dari Lampung. Ketiga komoditas inilah yang membawa tuan dan tentara tuan datang menjajah negeri kami.

Kami memang tidak pandai menciptakan tempat bagi orang terhormat, tetapi kami mampu beramah-tamah sekian ratus tahun dengan orang yang menjarah negeri kami. Apakah itu tidak cukup mengajarkan tuan tentang rasa malu?”

Sambil menghisap rokoknya, ia melanjutkan, “Tandatangani dan akui saja kedaulatan negeri kami, maka tuan-tuan tidak akan pernah bertemu lagi dengan orang seperti saya. Dan tempat terhormat ini tidak akan tercemar lagi dengan asap beraroma tembakau, cengkeh dan lada.”

Mendengar kalimat diplomasi berkelas yang sopan tapi menusuk itu, delegasi Amerika dan Australia bertepuk tanda kagum.

Setelah KMB selesai, akhir Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara penuh.

Soekarno menyebut Agus Salim sebagai “The Old Grand Man from Indonesia.”

Belajar dari Haji Agus Salim yang mencintai rokok klobot, tembakau Deli, Cengkeh Sulawesi, lada Lampung itulah wujud nasionalisme. Mencintai budi daya bangsa sendiri.

Mereka itu bangga sebagai bangsa merdeka, mandiri bermartabat dengan budaya sendiri.

Sekarang ini justru kebalikan, kita dijajah oleh budaya asing; bahasa asing, budaya asing, pakaian asing.

Budaya adat istiadat Nusantara yang warna-warni mempesona mau diganti dengan seragam berkabung dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Haji Agus Salim telah mengajarkan kita sebagai bangsa bermartabat.

Sama seperti Kyai Agil Siraj yang berkata, “Manusia atau bangsa ini bermartabat, dihargai orang kalau akhlaknya mulia, kalau budayanya bagus, bukan agamanya. Sekali lagi bukan karena agamanya, tetapi karena akhlak, budayanya, moralnya yang tinggi.”

Mari kita menjadi bangsa yang merdeka dan bermartabat, tidak justru mengikuti bangsa lain yang tidak punya budaya dan martabat moral yang luhur.

Jangan minder, jangan mau dijajah melalui budaya asing yang menjerumuskan.

Merdeka
Merdeka
Merdeka

Cawas, sekali merdeka tetap merdeka…
Rm.Alex. J. Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here