TAHUN 2022 ini, gelaran pertunjukan musik besutan PUKAT KAJ dengan tajuk umum Christmas concert meniupkan citarasa sangat berbeda. Tentu saja bila dibandingkan dengan konser-konser sejenis yang penulis ikuti sejak tahun 2013.
Kalau selama ini, pengisi konten paket konser musik ini selalu diisi oleh Avip Priatna dengan kelompoknya yang sudah pasti berciri konser klasik, maka kali ini citarasa berbeda disuguhkan oleh Addie MS bersama Twilite Orchestra-nya.
Bersinergi
Klasik kontemporer sekaligus jazzy. Demikian kesan penulis, setelah mengikuti gelaran The Magic of Christmas: An Enchanted Concert for Friends and Families di Ciputra Artpreneur Theater, Sabtu malam tanggal 10 Desember 2022.
Bersama Twilite Orchestra, Addie MS membawa lima penyanyi yakni Adsari Zinnia Kristianda alias Ary Kirana, Libe3ro, Jordan Basa, Regina Handoko, dan Tompi. Juga ikut dibawa masuk ke arena panggung gelaran musik ini dua kelompok paduan suara: Armonia Choir dan CFJ Choir.
Maka lengkap sudah paduan sinergis gelaran musik dengan atmosfir citarasa berbeda itu. Karena di situ ada penyanyi klasik (Regina Handoko) berpadu padan dengan penyanyi dengan sentuhan jazzy tunes yang kental (Ary Kirana dan Tompi).
Lalu, penyanyi cilik (Jordan Basa) bersinergi apik dengan paduan suara emak-emak (Armonia Choir). Selanjutnya, trio Lib3ro yang diawaki tiga cowok perlente (Daniel Christianto, Gabriel Harvianto, dan Teddy Panelewen) mampu bermain cantik bersama Tompi dan CFJ Choir.
Tampilan dengan citarasa menghibur
Sungguh tak menyangka, Ary Kirana tidak saja bermain cantik dengan jazzy tunes-nya melalui tembang Santa Baby. Penyanyi ini juga piawai ndagel alias melucu di atas panggung dengan kata-kata banyolannya yang mengundang tawa penonton. Dan itu ditimpali dengan manis oleh Tompi; antara lain dalam duet lagu Let It Snow.
Tapi juga dengan ragam banyolan yang mengaitkan status profesional Tompi sebagai dokter spesialis bedah plastik. Itu karena Ary sudah mancing-mancing dan siapa tahu usai berduet bersama di atas panggung The Magic of Christmas, ia bisa dapat voucher gratis untuk melakukan operasi plastik di kliniknya dokter Tompi.
“Ya enggaklah,” demikian Tompi dengan cerdiknya menimpali “umpan” banyolan Ary.
Semuanya tampil serba menghibur. Maka banyak tepuk tangan meriah membahana memuji tampilan Addie MS yang bersama Twilite Orchestra-nya memandu penampilan penyanyi remaja cilik Jordan Basa dalam tembangnya I Saw Mommy Kissing Santa Claus, O Holy Night.
Hal yang sama terjadi ketika “pasukan emak-emak” Armonia Choir mengisi panggung bagian depan dengan tembang I’ll be Home for Christmas dan We Need a Little Christmas yang mereka nyanyikan secara berkesinambungan (medley).
Kesan kental pentas musik yang menghibur penonton itu juga tampil amat jelas, ketika trio Lib3ro mengajak penonton sedikit menengok sejenak kisah Tiga Raja dari Timur yang datang menyambangi kandang Natal.
Usai memainkan banyolan tebak-tebak “buah manggis” dengan kuis bisa menyebutkan ketiga nama Raja dari Timur (Melkhior, Baltazar, dan Caspar), maka Lib3ro langsung menggebrak suasana panggung. Dimainkan dengan lengkingan suara ciamik Teddy Panelewen yang bersama Daniel Christianto dan Gabriel Harvianto lalu melantunkan tembang We Three Kings of Orient Are.
Dengan selesainya lantunan lagi tersebut, maka juga berakhirlah babak pertama gelaran The Magic of Christmas: Enchanted Concert for Friends and Families.
Klasik tetap menawan
Selain dikenal sebagai penyanyi sopran dengan citarasa klasik yang sangat kental, Regina Handoko sejak muda juga sangat mengakrabi dunia gerejani dan bergaul akrab dengan banyak pastor. Mungkin saja hal ini mendapat warisan cinta akan hal-hal spiritual dari sang ayah, alumnus Girisonta.
Maka citarasa “religius” tampil sangat kental, ketika ia melantukan lagu Winter Wonderland dan I’m Dreaming of Home. Yang kedua ini dia nyanyikan bersama CFJ Choir. Berikutnya adalah tembang Ding! Dong! Merilly on High yang kali ini dia nyanyikan dengan sedikit citarasa berbeda; jauh dari kesan “klasik” dan spiritual.
Biasanya, tembang klasik khas Natal O Holy Night dilantunkan oleh penyanyi dengan warna suara khas “orang dewasa”. Kali ini, Jordan Basa -penyanyi lelaki remaja- juga menyanyikannya dengan cengkok (gaya suara) yang sedikit berbeda dari yang biasa saya dengar.
Tentu saja, tembang terakhir bertitel Seribu Lilin oleh semua penyanyi dan kelompok koor sungguh menjadi penutup gelaran yang mampu memantik “emosi” penonton. Bukan saja karena para hadirin mulai menyalakan lilin-lilin elektrik sembari mengikuti irama musik dengan goyangan lilin bergerak kanan-kiri.
Tapi juga suasana atmofir positif yang memang mau dibangun oleh PUKAT KAJ melalui gelaran konser bertajuk The Magic of Christmas: An Enchanted Concert for Family and Friends ini. Dan atmosfir positif itu adalah ajakan kepada semua penonton untuk berbuat baik.
Lilin dengan pendaran nyalanya yang kecil selalu menarik dilihat; terutama dalam kegelapan malam. Dengan pendaran sinarnya itu, lilin-lilin elektrik itu sungguh menjadi sumber terang. Juga menjadi “petunjuk arah” ke mana langkah dan derap kaki kita mesti kita bawa. Di sini tentu saja menuju ke arah kebaikan.
Berbuat baik untuk sesama
Itulah arah dan kiblat yang ingin diciptakan oleh tembang Seribu Lilin itu.Berbuat amal kasih untuk sesuatu hal yang menjadikan hidup kita semakin berkualitas. Justru karena kita mampu menjadikan orang lain hidup semakin bermartabat sebagai manusia.
Karena itu, nyala-nyala lilin elektrik di akhir gelaran The Magic of Christmas sungguh menjadi penerang bagi jalan panjang menuju kebaikan; mengarah pada pemuliaan saudara-saudari kita di Keuskupan Agats, Papua Selatan.
Jalan panjang menuju ke sana sudah dimulai sejak delapan bulan lalu.
Demikian keterangan Ketua PUKAT KAJ Aloysius Setyo Handoyo Singgih kepada Sesawi.Net usai konser Sabtu akhir pekan lalu.
Sesuai dua tahun terakhir ini absen karena badai pandemi Covid-19 sehingga hanya bisa menggelar konser secara daring, maka di akhir tahun 2022 ini gelaran The Magic of Christmas: An Enchanted Concert for Friends of Family menjadi bukti atas kerja keras di balik layar PUKAT KAJ dalam meretas lahir konser tahunan mereka secara luring.
“Semua hasil kerja keras panitia PUKAT KAJ di balik layar ini akan kami sumbangkan untuk misi kemanusiaan di Keuskupan Agats,” papar Aloysius Setyo Handoyo Singgih menjawab Sesawi.Net di akhir acara.
Kerja keras dimulai dari komitmen baik
Di balik semua tampilan yang menarik dan menghibur di panggung pementasan The Magic of Christmas: Enchanted Concert for Friends and Families ini, tentu banyak hal penting dan baik terjadi di balik layar.
Mereka inilah the invisible hands yang bekerja di balik panggung guna menyukseskan paket suguhan hiburan musik untuk misi kemanusiaan untuk Keuskupan Agats di Papua Selatan.
Salah satunya adalah Zeno Christozen yang kali ini didapuk PUKAT KAJ menjadi Ketua Panitia. Kiprah Zeno sebagai orang yang selalu siap membantu di balik layar sudah kami catat sejak umat Gereja St. Bonaventura Paroki Pulomas di Jakarta Timur ini terlibat penuh ikut menyukseskan kampanye rilis film Soegija tahun 2012 silam.
Bentuk gelaran konser musik orkesta khas PUKAT KAJ di tahun 2022 sejak awal sudah diputuskan untuk kembali mengadakan secara luring, tapi tanpa drama seperti yang biasa dipentaskan pada tahun-tahun sebelumnya.
“Justru karena konsep pentasnya berbeda, maka panitia memutuskan mengajak Twilite Orchesta pimpinan Addie MS untuk berkolaborasi dalam projek PUKAT Christmas Concert 2022,” demikian Zeno mengisahkan latar belakang sejarah konsep pementasan yang memang menyuguhkan citarasa sangat berbeda.
“Pemilihan artis pendukungnya kami sesuaikan dengan tema besar konser ini yakni ‘The Magic of Christmas, An Enchanted Concert For Family and Friends’ sehingga diambillah para penyanyi beragam usia karena masing-masing mereka itu sungguh mewakili keberagaman dan keluarga,” papar Zeno.
Bayang-bayang ketidakpastian dan dinamika baru
Meski sudah dirancang apik, tukas Zeno, bayang-bayang keraguan dan ketidakpastian masih selalu membayangi panitia.
“Karena tren kasus Covid-19 kembali meningkat,” jawab Zeno yang memaknai sukses besar di balik gelaran akhir pekan lalu tu sebagai bukti atas “campur tangan” Tuhan yang merestui pekerjaan besar bersama para anggota panitia.
Bahwa kemudian terjadi juga “gesekan” di sana-sini itu merupakan sebuah dinamika baru yang kini meretas lahir di PUKAT KAJ.
“Lantaran para anggota panitia ini merupakan kelompok gabungan dari anggota senior dan yunior – mayoritas malah kelompok Generasi Millenial. Kalau dari segi usia, maka saya berada di tengah. Namun sebagai newbie di kelompok pelayanan PUKAT KAJ ini, saya sendiri jelas masih tergolong sangat yunior,” jelas Zeno.
Di tengah dinamika baru di dalam tubuh kelompok pelayanan PUKAT KAJ ini, Zeno melihat bahwa selalu saja ada solusi baik muncul di tengah padat dan intensnya banyak diskusi guna bisa mengeksekusi program gelaran pentas musik orkestrasi ini.
“Bahkan di saat-saat hanya beberapa hari menjelang waktu pentas, kami ada mengalami kendala. Namun, dalam hitungan sangat cepat, semuanya dibuat lancar.
Hal sama juga dialami oleh Mas Addie MS yang dengan rendah hati ingin menyerahkan semuanya itu pada Tuhan. Kita bekerja secara serius dan sudah seoptimal mungkin, biarlah Tuhan sendiri yang akan melengkapi dan menyelesaikannya,” papar Zeno.
Ia berkisah perihal dinamika yang terjadi selama dia bersama tim anggota panitia mengawal program kerja ini menjadi pentas musik orkestra yang menarik dan mendatangkan renteran keplok-keplok besar sepanjang digelarnya konser tersebut.
Kalau pun harus menyebut keajaiban di balik suksesnya gelaran The Magic of Christmas Sabtu akhir pekan lalu, demikian penegasan Zeno Christozen, maka panitia sungguh merasakan betapa banyak “orang baik” menunjpukkan komitmennya untuk membantu sesamanya.
“Kami sungguh sangat terbantu dengan masuknya jumlah besar kontribusi dari sejumlah sponsor dan donatur lain yang berkomitmen ingin menyukseskan program mulia ini,” tegas Zeno tanpa sungkan sembari menyebutkan bahwa sejumlah anggota panitia inti sempat sejenak harus “undur diri” karena terpapar Covid-19.
Konser PUKAT KAJ bertajuk The Magic of Christmas: Enchanted Concert for Friends and Families Sabtu pekan lalu dihadiri oleh tak kurang 1.000 penonton.
Menjadi kian menarik kalau memperhatikan busana keren yang dipakai semua penyanyinya. Karena rumah batik Parang Kencana menyediakannya bagi mereka sehingga masing-masing penyanyi tampil dengan kualitas busana batik berkelas.
Bahkan Nuncio Dubes Vatikan untuk RI Mgr. Piero Pioppo bersama Sekretaris Kedubes Vatikan di Jakarta Mgr. Michael Andrew Pawlowics tak ketinggalan ikut hadir menyaksikan konser amal ini.
Maka menjadi wajar, bilamanana Uskup Keuskupan Agats di Papua Mgr. Aloysius Murwito OFM sampai menyempatkan diri hadir dari jauh di gelaran konser musik ini.
Demikian pula Nuncio Dubes Vatikan untuk RI Mgr. Piero Pioppo yang dengan genggaman salamat sangat kuat menyalami Tompi, dokter penyanyi ber-genre light jazzy tunes ini. (Selesai)
Baca juga: