MINGGU sore hingga malam jelang pergantian hari, Ruang Bali di Hotel Kempinski Indonesia benar-benar kebak oleh kerumuman orang.
Semua kursi di mana berlangsung table dinner sudah fully booked sedari sore. Akibatnya, satu-dua tetamu agung dari kalangan Jakarta’s High Society terpaksa harus rela menunggu waktu untuk bisa dicarikan slot tempat agar bisa duduk di table dinner itu.
Di bagian depan sudah duduk manis mantan Wapres Try Sutrisno dan Menteri Perindustrian sekaligus Ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto. Demikian pula hadir mantan Ibu Negara Ny. Sinta Nuriyah Wahid, anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto.
Di bagian dinner table tidak jauh dari penulis juga terlihat ada dua mantan Kapolri Jenderal (Purn) Rusdihardjo dan Jenderal (Purn) Roesmanhadi, sementara di tempat yang sama juga duduk mantan Gubernur Akpol Irjenpol (Purn) Pamudji Sutopo.
Duduk di meja yang sama pengusaha papan atas yang bergerak di bidang tambang dan pengeboran minyak yang tidak mau disebut namanya.
Yang pasti, Minggu malam di Ruang Bali Hotel Kempinski Indonesia itu seperti bertaburan “bintang” orang-orang penting di negeri ini, ketika Purnomo Yusgiantoro mengampu sebagai “orang nomor satu” di Kementerian ESDM selama 9 tahun (2000-2009) dan kemudian di Kementerian Pertahanan (2009-2014).
Sebelum menjadi anggota Kabinet di era Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri dan berikutnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Purnomo Yusgiantoro sudah berkiprah di birokrasi pemerintahan antara lain di Lemhanas sebagai Wakil Gubernur.
Maka tidak mengherankan, kalau ucapan selamat bertubi-tubi atas eksistensi The Purnomo Yusgiantoro Center (PYC) juga meluncur dari mulut para mantan petinggi negeri ini: Wapres Try Sutrisno, Wapres Prof. Boediono, dan Wapres Jusuf Kalla; mantan Kassospol ABRI dan kini Gubernur Lemhanas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo; anggota Wantimpres Sidarto Danusubroto, Rektor ITB, dan masih banyak lagi wajah-wajah orang penting mengisi slot ucapan selamat atas eksistensi PYC yang di bulan Juni 2019 genap merangkai umur 3 tahun.
Gereja Katolik ikut mengucapkan proficiat yang dalam video rekaman ucapan itu menampilkan Ketua KWI sekaligus Uskup Agung Keuskupan Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo.
Beskap nasional dan udeng Semarangan
Tampil dengan semua anggota keluarga berseragam beskap nasional dengan ikatan kepala udeng model Semarangan, Purnomo Yusgiantoro tampil dengan banyak menebar senyum. Begitu pula dengan Ny. Lies Purnomo dan ketiga anak kandung mereka yakni Luky, Inka dan Filda yang meski semua bergelar doktor produk luar negeri tetap bersikap ramah dengan banyak senyum mengembang di ujung bibir.
Sentuhan riasan plus baliutan dandanan beskap nasional garapan tim kreasi Sanggar Rias Pengantin “Andaya Puri” ikut menambah semarak pesta peringatan HUT ke-3 PYC. “Keluarga Pak Purnomo Yusgiantoro sudah lama mempercayakan riasan dan uba rampe lainnya kepada Andaya Puteri,” tutur Ima dari Sanggar Rias Pengantin “Andaya Puri” saat ditemui di balik layar.
Seragam yang memadukan kekayaan budaya nasional itu tidak hanya dipakai oleh keluarga besar Purnomo Yusgiantoro, tetapi juga Christian Reinaldo yang malam itu didapuk menjadi MC mengawal acara pesta HUT ke-3 PYC. Juga para penampil hiburan yang malam itu dipersembahkan oleh dua kelompok pemain kolintang yakni Gita Ganesha dari ITB dan Amancu (Anak, Mantu dan Cucu) di atas panggung.
Tentu penonton sedikit bertanya, mengapa penampilan tim musik kolintang malam itu seakan mendominasi panggung pentas?
Itu karena Ny. Lies Purnomo banyak berkiprah di jajaran PINKAN ((Persatuan Insan Kolintang Nasional) Indonesia yang salah satu agenda besarnya adalah mendapatkan pengakuan internasional melalui UNESCO atas kulintang sebagai warisan budaya instrumen musik khas wilayah Minahasa di Sulut.
PCY Award
Pada malam itu, PYC menganugerahkan award kategori pertama kepada mantan Ibu Negara Ny. Sinta Nuriyah Wahid dan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Award kategori kedua diterima oleh Dato Lo Tuck Kwong dan Robert Budi Hartono, pemilik Pabrik Rokok Djarum yang malam itu berhalangan hadir namun diwakili oleh anaknya yang bernama Armand W. Hartono.
Malam meriah itu berakhir dengan pengumuman bahwa dalam waktu dekat akan terbit buku baru berjudul Jas Merah: Menguak Masa Transisi ESDM 2000-2009.
Hari-hari ini, konten buku menarik ini masih ditelisik oleh 10 orang berkompeten untuk mengecek objektiftas dan validitas aneka informasi yang oleh Purnomo Yusgiantoro disebutnya sebagai the untold and the hidden stories. (Selesai)