“Benih yang ditaburkan di tanah berbatu-batu ialah orang yang mendengar sabda itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan hanya bertahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena sabda itu, orang itu pun segera murtad.” (Mat 13,20-21)
SAAT memberikan sambutan pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Negara Lingkar Samudra Hindia di Jakarta, Presiden mengutip kata-kata Presiden Soekarno, yang mengatakan bahwa Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak berakar dalam bumi nasionalisme. Sebaliknya, nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak hidup dalam taman sari internasionalisme.
Akar adalah salah satu bagian dari sebuah pohon atau tanaman, yang letaknya dibawah, terpendam dan tidak kelihatan. Sekalipun demikian, akar mempunyai peran penting bagi pohon untuk mendapatkan sari-sari makanan dari dalam tanah. Selain itu akar juga berfungsi sebagai penguat sebuah pohon untuk tetap tegak berdiri, tumbuh dan berkembang. Sebuah pohon bisa tetap tegak bertahan dari terpaan badai, karena mempunyai akar yang menghunjam ke dalam tanah. Sebaliknya, pohon akan mudah layu, tumbang dan mati, kalau akar-akarnya tidak menghunjam ke dalam tanah atau hanya tertanam secara dangkal, seperti halnya tanaman yang tumbuh di tanah bebatuan. Tanaman akan tumbuh sesaat, namun akan segera layu karena tidak berakar dalam.
Akar sesungguhnya tidak hanya merupakan bagian penting dari sebuah pohon atau tanaman. Akar juga merupakan sesuatu yang penting bagi seorang pribadi; sesuatu yang harus disadari, digali dan dikenali dengan baik. Salah satu materi retret atau rekoleksi adalah mencermati atau membuat pohon keluarga. Para peserta diajak untuk menggambarkan pohon keluarga masing-masing. Ini merupakan kesempatan bagi setiap orang untuk mengingat kembali asal-usulnya atau sejarah hidupnya, dengan segala macam adat istiadat, tradisi, warisan seni budaya dan keutamaan hidupnya.
Banyak orang masih dapat menyadari dan mengingat kembali pribadi atau hal-hal lain yang menjadi akar-akar hidupnya pada saat ini. Mereka tidak lupa akan asal-usul dan sejarah masa lalunya. Kesadaran diri akan akar hidupnya akan memudahkan orang untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya di masa depan; untuk membuat langkah-langkah strategis dan menentukan skala prioritas dari hal-hal yang mau diusahakan dan diperjuangkan; untuk mengambil sikap dan keputusan terhadap berbagai perkara yang dihadapi; untuk menumbuhkan motivasi dan menyalakan semangat juang.
Namun demikian harus disadari juga, bahwa pada saat ini banyak orang merasa kalau dirinya sudah tercabut dari akarnya. Mereka tidak mengetahui dan mengenali akar-akar hidupnya secara mendalam; tidak memahami lagi asal-usulnya, adat istiadat dan tradisi leluhurnya, warisan budaya leluhur yang berharga. Hidup tanpa akar mendalam ibarat seorang pengembara yang bergerak tanpa arah dan tujuan yang jelas; mudah terombang-ambingkan oleh berbagai macam kesulitan, penderitaan dan permasalahan, karena tidak mempunyai pangkal untuk bergerak; berbagai macam aktivitas dan kesibukan bisa menjadi tempat pelarian sesaat tanpa membawa orang pada arah hidup yang jelas.
Pribadi macam apakah diriku ini: apakah merupakan tanaman yang tumbuh di bebatuan dan tidak berakar dalam? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)