Tidak Menyayangkan Anak Tunggal-Nya

0
47 views
Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub,by Elizabeth Wang.

Puncta 25.02.24
Minggu Prapaskah II
Markus 9: 2-10

GATOTKACA adalah anak Bima yang paling dikasihi. Dia didambakan akan menggantikan ayahnya kelak. Tetapi saat Perang Bharatayuda dimulai, Gatotkaca harus menjadi panglima perang sebelum waktunya.

Pasukan Kurawa melanggar aturan perang. Dengan licik mereka menyerbu perkemahan Pandawa pada waktu malam hari, saat semua pasukan harusnya beristirahat.

Hanya Gatotkacalah yang bisa menandingi mereka karena dia punya senjata berupa “kutang Antakusuma” yang memberi terang dalam kegelapan.

Gatotkaca mengobrak-abrik pasukan Kurawa hingga kocar-kacir. Adipati Karna marah dan melepaskan panah pemberian dewa.

Panah inilah senjata yang harusnya dipakai saat menghadapi Arjuna. Demi menyelamatkan pasukannya, Karna membunuh Gatotkaca dengan senjata pamungkasnya.

Gatotkaca gugur sebagai pahlawan. Anak yang dikasihi itu “dikurbankan” agar Pandawa nanti menang melawan Kurawa. Panglima Kurawa sudah tidak punya senjata yang diandalkan lagi.

Dalam bacaan pertama, Ishak dikurbankan oleh Abraham di Gunung Moria mengikuti perintah Allah. Namun, Malaikat melarang Abraham karena tahu bahwa Abraham lebih setia kepada Allah daripada nyawa anaknya sendiri. Kesetiaan Abraham inilah yang dipandang sebagai kebenaran oleh Allah.

Dalam Bacaan Injil, Yesus menunjukkan keallahan-Nya kepada para murid-Nya ketika Ia berubah rupa di Gunung Tabor. Ia menampakkan kemuliaan-Nya bersama Nabi Musa dan Nabi Elia.

Dalam peristiwa itu dimaklumkan siapa Diri-Nya. Ada suara dari awan yang berseru, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”

Anak yang terkasih itu dikurbankan oleh Bapa untuk menyelamatkan manusia. Maka benar apa yang dikatakan oleh St.Paulus, “Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?”

Abraham yang tidak menyayangkan anaknya, Ishak untuk dikurbankan, demikian juga Bapa yang tidak menyayangkan Yesus Putera-Nya, menjadi bukti bahwa Ia mengasihi kita manusia.

Yesus menampakkan kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah yang dikasihi agar supaya para murid-Nya tidak tergoncang ketika mereka melihat Dia menderita sengsara, wafat di salib.

Ia meramalkan penderitaan salib-Nya, tetapi Ia juga menguatkan para murid bahwa siapa yang tetap setia bersama-Nya akan mengalami kemuliaan ilahi-Nya.

Hadapilah salib penderitaan untuk menuju kepada kebahagiaan kekal.

Berakit-rakit ke hulu,
Berenang-renang ke tepian.
Kalau kita mau sakit dahulu,
Kita akan bahagia kemudian.

Cawas, berani berkorban demi kebahagiaan
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here