Tidak Mudah Berubah Pikiran

0
243 views
Ilustrasi - Pikiran kalut, pening, dan pusing, (Ist)

Minggu Palma, 24 Maret 2024

  • Mrk. 11:1-10. Yes. 50:4-7;
  • Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24;
  • Flp. 2:6-11;
  • Mrk. 14:1-15,47 (panjang)
  • Mrk. 15:1-39 (singkat).

NEGARA kita baru saja menyelesaikan tahapan pemilu. Riuh rendah kemeriahan kampanye sudah berakhir. Saat kampaye kita menyaksikan di televisi atau di media sosial, bagaimana penampilan calon pemimpin bangsa ini, calon presiden kita, ketika bertemu dan disambut oleh para pendukungnya. Ada yang mengelu-elukan, bersorak histeris, penuh semangat dan sukacita.

Para calon presiden itu, ada yang dengan tenang, senyum simpatik dan menyapa para pendukungnya penuh semangat, dengan lambaian tangan bahkan menyapa dengan menjabat tangan orang-orang disekitarnya. Bahkan, kita juga menyaksikan, ada presiden yang mengkampayekan calon dengan begitu antusias sampai membagi sembako.

Para pendukung begitu emosional mendukung calonnya. Mereka meneriakkan nama calon sambil melambaikan atribut partai. Bahkan ada yang rela memotong rambut sesuai dengan logo partai, menghiasi tubuh dengan gambar calon presiden.

Dukungan total untuk calon presidennya mengalahkan segalanya. Siap berdebat bahkan siap bertempur dengan pendukung calon presiden lainnya.

Setelah pemilihan selesai, semua kembali pada realitas hidup. Sang pemimpin yang terpilih menyusun kekuasaan dan yang tidak terpilih kembali menjadi warga biasa. Rakyat pendukung kembali ke kehidupan yang setiap hari dihidupi.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, ”Ia telah melakukan apa yang dapat dilakukannya. Tubuh-Ku telah diminyakinya sebagai persiapan untuk penguburan-Ku.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia.”

Hari ini ketika kita mengenang kembali Yesus masuk kota Yerusalem, ternyata orang-orang yang menyambutnya membentangkan pakaian mereka, melambaikan daun-daun palma disertai sorak sorai, menyambut sang Raja dalam suatu pawai kebesaran.

Pawai kebesaran ini bukan suatu kebetulan. Yesus memperlihatkan kepada semua orang, siapa Dia sebenarnya, sebelum Ia masuk dalam penderitaan dan kematian-Nya di salib.

Ia sang Raja damai bagi semua orang yang berkenan kepada Allah. Dia adalah penebus dan Juruselamat dunia. Ia disoraki “Hosana Putera Daud, terberkatilah yang datang atas nama Tuhan.”

Dia yang telah berkeliling sambil berbuat baik, mewartakan kerajaan damai dan kasih, kerajaan pengampunan yang harus hidup dalam hati manusia kini masuk kota Yerusalem. Ia masuk menawarkan damai, sukacita dam hidup abadi bagi siapa pun yang menerima-Nya dalam kerendahan hati.

Yesus tidak mencari kemegahan, Ia tidak mencari nama dan pujian, Ia juga tidak mencari muka dan popularitas diri, apalgi harus mengorbankan orang lain. Karena Yesus tau bahwa semuanya itu percuma, sia-sia, tidak ada arti, semu, tidak penting.

Bagi Yesus adalah melaksanakan kehendak Bapa-Nya, taat dan setia. Itu berarti, kini Yesus memerlukan hati, diri, hidup dan keluarga kita untuk dipakai oleh-Nya untuk membawa damai, kasih dan pengampunan.

Tuhan memerlukan kita. Tuhan memerlukan yang setia, taat, teguh, tidak takut, yang tidak lari dari Dia dan dari iman kepercayaan kita kepada-Nya, tetapi membuka dan membiarkan hati kita agar Ia boleh masuk dan tinggal, juga dalam sukacita kegembiraan tetapi juga dalam duka derita yang sedang kita alami.

Bagaiamana dengan diriku?

Apakah aku setia dan tidak mudah berubah pikiran dalam mengikuti Yesus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here