Tidak Perlu Menguasai Izin Tambang

0
66 views
Ilustrasi: Lokasi tambang. (Sr. Kresensia SMFA)

Selasa, 11 Juni 2024

Kis. 11:21b-26.13:1-3;
Mzm. 98:1. 2-3ab,3c-4,5-6;
Mat. 10:7-13.

PEKAN ini situasi negara kita sedang dihebohkan dengan tanggapan atas pemerintah yang memberikan izin pengelolaan tambang pada ormas keagamaan.

Mempunyai harta dan kekayaan yang melimpah bisa dibilang menjadi keinginan setiap orang; bahkan para pemuka agama pun tak ketinggalan. Bahkan, tak sedikit yang beranggapan tolok ukur kesuksesan seseorang dengan memiliki banyak harta.

Kendaraan, rumah, dan tanah, dan tentu saja uang menjadi barang berharga yang kerap menjadi simbol banyaknya kekayaan seseorang. Alhasil, banyak orang yang mati-matian dan seolah berlomba-lomba dalam mencari harta.

Kondisi tersebut terkadang membuat orang terlalu fokus mencari harta; hingga akhirnya lalai dengan Tuhan yang telah memberi anugerah dengan memiliki kekayaan melimpah.

“Menarik sekali jawaban Gereja Katolik yang menolak izin pengelolaan tambang oleh ormas keagamaan,” kata seorang teman.

“KWI menolak mengajukan izin untuk usaha tambang. Menurut Romo Magnis izin tambang bukan bentuk pelayanan agama.

“Saya dukung sikap KWI bahwa dia tidak akan melaksanakannya. Kami tidak dididik untuk itu dan umat mengharapkan dari kami dalam agama, bukan itu,” kata Romo Magnis

Tugas Gereja menghadirkan Kerajaan Surga bukan hanya bergerak pada tingkat sosial karitatif. Jangan sampai karena sibuk mengurus bisnis dan harta kekayaan, tugas utama yakni pelayanan kepada ornag miskin, dan keutuhan ciptaan dibaiakan,” ujar temanku itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu.

Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.”

Tuhan Yesus mengutus kedua belas murid-Nya untuk memberitakan Kerajaan Surga, dan berpesan supaya mereka jangan membawa bekal dalam perjalanan. Ia melarang Petrus dan kawan-kawan membawa emas, perak atau tembaga. Tidak juga membawa baju dua helai, kasut atau pun tongkat.

Sabda Yesus bukan tanpa tujuan. Di balik larangan itu, Ia ingin setiap murid mengambil langkah iman dalam menjalankan tugasnya. Tidak membawa bekal akan melatih daya tahan, tak gampang menyerah menghadapi kesulitan.

Tanpa emas, perak atau tembaga akan membebaskan diri dari rasa nyaman yang bisa melemahkan daya juang. Yesus ingin tugas memberitakan Kerajaan Surga, juga pekerjaan dan pelayanan kita, dilakukan dengan sepenuh hati.

Tidak mudah dilemahkan oleh kekhawatiran dan ketakutan. Jika rasa lapar, perasaan takut tak punya uang, pakaian dan tempat tinggal, lebih menguasai hati dan pikiran, bagaimana kita menghadapi tantangan hidup yang lebih sulit?

Jika hidup kita hanya mengutamakan makanan dan minuman, bagaimana kita mengayunkan satu langkah iman saja?

Jika kesadaran kita hanya dibalut emas, perak atau tembaga, bagaimana kita mengatasi kehidupan yang sarat ketidakpastian ini?

Yesus ingin kita menjalani hidup yang sulit ini dengan lebih mengandalkan kemurahan Tuhan. Kita hanya perlu mengayuhkan langkah-langkah iman kita.

Jangan terlalu mengkhawatirkan segala sesuatu, yang sesungguhnya sudah disediakan Tuhan untuk kita. Mari melangkah dengan iman.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berorientasi pada harta benda dalam setiap pelayananku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here