BANYAK orang yang menyukai novel atau film bertema kasih. Relasi antara Tuhan Allah dan manusia pun digambarkan dalam ikatan kasih. Sebagian dari kitab nabi-nabi berbicara tentang relasi itu. Misalnya Kitab Nabi Hosea dan Yesaya.
Injil hari ini, Lukas 15:1-32, bisa dibaca dalam perspektif yang sama. Ada tiga lukisan yang menegaskan relasi cinta antara Allah dan manusia.
Pertama, orang yang mempunyai seratus domba dan kehilangan seekor, lalu mencarinya (Lukas 15: 4). Kedua, wanita yang mempunyai sepuluh dirham dan kehilangan satu, kemudian menyapu seluruh rumah untuk menemukannya (Lukas 15: 8).
Yang paling menarik dan detil adalah kisah ketiga, yakni tentang bapa yang baik hati dan anak-anaknya yang tidak tahu berterima kasih (Lukas 15: 11-32). Baik anak bungsu maupun anak sulung sama-sama gagal melihat kasih bapanya.
Tiga kisah itu mengandung suasana sukacita. Setelah menemukan miliknya yang hilang, mereka bersukacita. Tidak dinikmati sendiri, sukacita itu dirayakan bersama orang lain seperti tetangga atau sahabat (Lukas 15: 6.9) dan hamba-hamba (Lukas 15: 23).
Ketiga tema itu menegaskan satu semangat: Tuhan yang mencari manusia berdosa, yakni kekasih-Nya yang hilang. Setelah ditemukan, ada sukacita yang besar di surga (Lukas 15: 7).
Relasi kasih antara Tuhan dan manusia dipulihkan tatkala manusia bertobat kembali kepada Tuhan. Pertobatan itu membawa sukacita dan keselamatan.
Itulah yang dialami santo Paulus (1 Timotius 1: 12-17).
Sebagai orang berdosa, apakah aku merasakan kasih Tuhan yang memanggilku untuk bertobat? Apakah aku bersukacita pada saat orang lain bertobat dan menemukan Tuhan? Apakah aku ikut berupaya memanggil mereka yang telah meninggalkan Tuhan untuk kembali kepada-Nya?
Minggu, 11 September 2022