Tiga Menit Berdoa di Gereja St. Yoseph Matraman: Berisik di Luaran, Tenang di Dalam

0
1,230 views
Penampakan gagah Gereja St. Yoseph Paroki Matraman tahun 2022. (Mathias Hariyadi)

HARI Kamis siang tanggal 11 Agustus 2022. Dengan hawa yang uar biasa panasnya hingga terasa sangat menusuk kulit, saya menyempatkan diri datang mengunjungi Gereja St. Yoseph Paroki Matraman, Jakarta Timur. Setelah sejenak sempat bertemu Romo Yolem Lau SVD, imam misionaris Indonesia di Angola, Afrika Barat, maka kemudian saya memasuki Gereja St. Yoseph Paroki Matraman.

Tenang di dalam, berisik di luar

tujuan saya sederhana saja. Hanya untuk misi berdoa sejenak. Tidak lebih dari tiga menit saja. Begitu memasuki gereja ini, maka saya kemudian duduk di salah satu sudut di dalam gereja. Saya merasa nyaman, karena suasana di dalam gereja ini sungguh sangat tenang, adem, dan menyenangkan.

Terasa ada atmosfir keheningan sangat kuat di dalam bangunan Gereja St. Yoseph Paroki Matraman yang umurnya sudah lebih dari satu abad ini.

Padahal, di luaran sana -sepanjang Jalan Matraman Raya- sungguh luar biasa bisingnya. Deru sepeda motor, raungan sirene mobil ambulans dan iring-iringan mobil pejabat dengan “kendaraan penyapu kerumunan” yakni motor voorijder tak ayal sampai membuat telinga terasa sangat pekak.

Tampilan penampakan Gereja St. Yoseph Paroki Matraman di Jakarta Timur. Dilihat dari perspektif dari altar mengarah pada sisi tembok kiri-kanan dan bangunan gereja bagian belakang. (Mathias Hariyadi)

Di sini saya dengan amat sengaja mau “membandingkan” kondisi di dalam dan di luar gereja. Terasa amat kontras.

  • Apakah itu karena yang ada di dalam gereja itu hanya saya sendirian saja?
  • Atau, jangan-jangan memang karena bangunan Gereja St. Yoseph Paroki Matraman hasil besutan arsitek Belanda ini punya rancang bangunan yang sangat ciamik. Sehingga, suasana di dalam gereja -manakala semua akses pintunya ditutup- suasana di dalam gereja itu benar-benar bisa kedap dari rembesan suara-suara dari luar.

Harap tahu saja, Gereja St. Yoseph Paroki Matraman ini lokasinya hanya selemparan batu dari jalan raya. Berada di pinggir jalan besar yang merupakan akses utama dari wilayah Jakarta Pusat menuju kawasan Jakarta Timur. Taruhlah itu semisal Jatinegara atau Otto Iskandar Dinata (Otista) – sekadar menyebut dua contohnya.

Tampilan awal Gereja St. Yoseph Paroki Matraman zaman lawas. Hingga kini, bangunan gereja lawas ini masih berdiri sangat kokoh di Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur. (Dok. Paroki Matraman Jakarta)

Bom Natal 2000

Bila harus menyebut Gereja St. Yoseph Paroki Matraman, maka kenangan masa silam langsung mengarah pada kisah insiden terjadinya sederetan Bom Natal tanggal 24 Desember 2000 silam.

Insiden ledakan bom itu antara lain terjadi di depan Kolese Kanisius di Jl. Menteng Raya (Jakarta Pusat), Gereja St. Yoseph Paroki Matraman (Jakarta Timur), Gereja Koinonia di Jatinegara dan Gereja Persekutuan Oikumene di kawasan Halim – juga di wilayah Jakarta Timur.

Arah jarum jam: Semacam prasasti di balik tembok depan yang menandai kisah sejarah bahwa Gereja St. Yoseph Paroki Matraman di Jakarta Timur ini umurnya sudah lebih dari 1o tahun. Patung St. Yoseph tidur nyenyak di balik area devosional Gua Maria. Areal devosional Gua Maria kecil di depan Pastoran Paroki Matraman. (Mathias Hariyadi)

Sejarah Gereja St. Joseph Paroki Matraman

Mengulik asal mula Gereja St. Yoseph Paroki Matraman, maka situs resmi Paroki Matraman telah menyediakan data sejarah sangat menarik.

Keberadaan Gereja St. Yoseph Paroki Matraman -persis di tepi Jalan Matraman Raya ini- terjadi berkat peristiwa sederhana. Lantaran, otoritas Gereja Katolik Vikariat Apostolik Batavia waktu itu mengambil keputusan tepat. Yakni, memutuskan membeli sebidang tanah di tepi Jalan Raya Matramanweg – nama jalan ini waktu itu.

Pembelian lahan tanah di mana kemudian berdiri Gereja St. Yoseph Paroki Matraman ini terjadi tanggal 13 Desember 1906. Dilakukan sebagai langkah persiapan untuk proyek pembangunan sebuah gereja di daerah Meester Cornelis – nama kawasan permukiman lama yang kemudian kini resmi disebut Jatinegara.

Tampilan penampakan altar Gereja St. Yoseph Paroki Matraman di Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur dengan posisinya yang sedikit nyerong di belakang. (Mathias Hariyadi)

Baptisan pertama di Matraman

Beberapa hari kemudian, tepatnya 28 Desember 1906, sebuah Stasi akhirnya resmi dibentuk di kawasan Meester Cornelis ini. Pelayanan pastoral umat di permukiman Meester Cornelis ini dilaksanakan oleh seorang imam dari Gereja Katedral Jakarta bernama Romo J. Hoevenaars SJ.

Sekitar tiga tahun kemudian, seperti tercatat di dalam Registrum Baptismale I, Ecclesia Catholicae quae est Meester Cornelis in Insula Java, baptisan pertama terjadi tanggal 22 Juni 1909.

Hari lahirnya Paroki Matraman

Dalam cacatan ini, orang yang dipermandikan adalah Chistina Wilhelmina Cornelia – lahir tanggal 14 Mei 1909 di Meester Cornelis. Ia adalah anak pasangan orangtua bernama Abraham van Oorde dan Ny. Jurgina Wilhelmina Zeydel. Wali baptisnya adalah WJ Pullens. Sedangkan, imam yang mempermandikannya adalah Romo J. Hoevenaars SJ.

Tanggal permandian tersebut kemudian ditetapkan oleh Romo Yan Djawa SVD -Pastor Kepala Paroki periode 1989-1999- kemudian ditetapkan sebagai tanggal lahirnya Paroki Matraman.

Dari Gereja Katedral ke Gereja Hati Kudus Paroki Kramat

Selanjutnya, mulai tanggal 21 April 1910, pelayanan umat di permukiman Meester Cornelis diserah-terimakan kepada Romo Th. van Swieten SJ.

Pada 1919, pelayanan pastoral yang semula diatur oleh Paroki Katedral kemudian diserahkan kepada Paroki Kramat. Terjadi demikian seiring dengan pertumbuhan jumlah umat di daerah Jatinegara.

Penampakan Biara Divina Providentia Susteran OSF di tahun 2022. (Mathias Hariyadi)

Biara Divina Providentia OSF

Kurun waktu tahun 1908-1924 dan sebelum memiliki gedung gereja sendiri, umat Katolik lokal di sekitaran Jatinegara biasa merayakan ekaristi di Kapel Biara Ursulin (OSU).

Mulai tahun 1955, biara OSU di Matraman ini berubah kepemilikannya menjadi Biara Divina Providentia OSF Semarang.

Lokasinya persis di seberang Gereja Santo Yoseph Paroki Matraman di mana berlokasi pula kompleks sekolahan Marsudirini di Jl. Matraman Raya No. 129 yang tata kelolanya diasuh oleh para Suster OSF Semarang

Menurut catatan buku 100 Tahun Paroki Matraman, daerah Meester Cornelis merupakan stasi pertama Gereja Paroki Katedral  Jakarta. Belakangan barulah menjadi sebuah paroki mandiri. Pastor Kepala Paroki Matraman pertama adalah Romo J. Hoevenaars SJ (1906-1910).

Sampai tahun 1950-an, layanan pastoral di Paroki Matraman masih dilayani oleh imam-imam misionaris: para pastor Jesuit dan Fransiskan.

Tidaklah mengherankan pula, jika salah satu patung orang kudus di altar gereja adalah Santo Antonius Padua.

Patung itu tetap diberi tempat istimewa bersama patung Santo Yoseph, penyangga dan pelindung Gereja Paroki Matraman.

Searah jarum jam: Tampilan penampakan Gereja St. Yoseph Paroki Matraman di Jakarta Timur. Mula-mula dari perspektif depan di tepi Jalan Matraman Raya. Lalu dari perspektif halaman Biara Divina Providentia Susteran OSF. Kemudian dari perspektif koridor akses masuk areal Halte Trans Jakarta di titik pemberhentian Slamet Riyadi-Sekolah Marsudirini. Akhirnya dari perspektif di depan pintu Biara Susteran OSF. (Mathias Hariyadi)

Diserahkan kepada Tarekat SVD

Tonggak sejarah berikutnya adalah penyerahan kepada Tarekat SVD (Societas Verbi Divini) biasa disebut Serikat Sabda Allah.

Terjadi demikian atas dasar perjanjian kesepakatan antara Uskup Vikariat Apostolik Jakarta waktu itu -Mgr. Adrianus Djajasepoetra SJ dan Romo E. Kuehne SVD- pada tanggal 30 Desember 1953. Sejak itulah dan masih berlangsung sampai sekarang, layanan reksa pastoral Paroki Matraman diampu oleh para imam SVD.

Ref: Situs resmi Gereja St. Yoseph Paroki Matraman Jakarta.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here