SILIH
MASIH terbujur kaku dalam jeruji duka
Rajutan jari-jemari benci menutupi wajahku
Mungkin terantuk dua hari yang lalu
Pada sebongkah batu silih
Perih…
Hingga kini aku ingin mencari
Tempat penyanggah hati
Tanpa lilitan ranting-ranting berduri
(Puncak Scalabrini, 3/8/2016)
——————
KURBAN
Sembelihan lembu belia tujuh rupa
Dibakar tuntas di perapian dosa
Hembusan nafas wangian dupa-Mu
Berulang menyusup penuh paru-paruMasih kukenal jelas baunya
Menebar aroma khas jarahan doa
(Puncak Scalabrini, 20/8/2016)
—————-
PERJAMUAN
Berayunku dalam pangkuan mentari
Seraya dijamu pada pesta sunyi
Sejak tadi
Rupa-Mu terpasung di dinding cawan emas
Berteman roti tubuh hasil bumi
Adonai…
Sadarkan aku dari altar bundar putih-Mu
Kala pialaku dituang kedua kali
Karena tak jenuh aku merindu anggur
Yang pernah dikecap bibir manis-Mu
(Puncak Scalabrini, 14/8/2016)
Terimakasih telah menerbitkan puisi saya. Semoga cinta kasih Tuhan menyertai kita semua.
Salam sastra.
Mikhael Wora.