HARI Rabu Abu mengawali masa prapaskah yang mengajak orang untuk bertobat. Artinya, berbalik arah, kembali kepada Tuhan.
Lewat sikap tobat orang mengarahkan kembali seluruh hidupnya kepada Tuhan. “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya” (Yoel 2: 13). Bila hati bertobat, seluruh hidup dibarui.
“Repentance comes from the heart.” (Sonny Perdue)
Tujuan utama pertobatan adalah menjadikan hati dan hidup ini berkenan kepada Tuhan; bukan memuaskan manusia. Ada tiga jalan yang ditempuh, yakni bersedekah, berdoa dan berpuasa (Mat 6: 1-6.16-18).
Pertama, bersedekah berarti menolong sesama yang menderita. Bukankah kasih sekecil apapun bagi yang menderita sama dengan kasih kepada Tuhan sendiri (Mat 25: 40)? Tujuan bersedekah bukan untuk mencari pujian dari manusia (Mat 6: 2), tetapi berkenan kepada Allah (Mat 6: 3-4). Sekedah sejati itu ungkapan kasih kepada Sang ilahi.
Kedua, berdoa itu mengungkapkan relasi manusia dengan Allah. “Jika kamu berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi” (Mat 6: 6).
Doa sejati itu bersifat pribadi. Tidak perlu diketahui, dilihat atau didengar oleh orang lain. Di tempat yang tersembunyi, yakni dalam lubuk hati, Tuhan Allah lebih mudah dijumpai.
Ketiga, berpuasa membantu manusia mengendalikan diri. Lebih daripada mengurangi makan-minum atau kebutuhan jasmaniah lainnya, berpuasa itu terutama untuk mengendalikan hawa nafsu (marah, benci, balas dendam, mudah tersinggung, sombong, dan lain-lain). Apa gunanya tidak makan-minum, tetapi malas bekerja dan mudah marah?
Bila ketiganya dilakukan dengan semangat rohani yang tepat yakni berkenan kepada Tuhan, tentulah akan memulihkan relasinya dengan Tuhan. Itulah tujuan utama bertobat; kembali kepada Tuhan.
Rabu Abu, 2 Maret 2022