MANAJEMEN lingkungan dan wilayah dalam tata kelola paroki merupakan aspek penting dalam komunitas basis. Komunikasi yang efektif, kolaborasi, penanganan konflik, serta penyederhanaan program kegiatan di tingkat lingkungan adalah keterampilan yang perlu dikuasai oleh para ketua lingkungan.
Hal ini disampaikan Benedictus Raditya Mustika, narasumber DPPH Gereja Santo Petrus Purwosari Solo, dalam lokakarya “Capacity Building bagi Pengurus Lingkungan”. Kegiatan ini diselenggarakan Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Solo, Minggu 16 Maret 2025.
Lokakarya ini diikuti oleh lebih dari 86 peserta, yang terdiri dari ketua wilayah, ketua lingkungan, sekretaris lingkungan, bendahara lingkungan, serta petugas pendataan umat dalam reksa pastoral Paroki Kleco Solo.
Acara ini dilaksanakan secara bertahap, dengan sesi pertama tanggal 16 Maret; dilanjutkan sesi kedua 24 Maret 2025. Materi yang didalami dalam lokakarya ini mencakup:
- Manajemen program dan administrasi Gereja.
- Komunikasi dan kolaborasi efektif.
- Kepemimpinan pastoral berbasis nilai.
- Merangkul generasi Muda dalam Komunitas.

Hambatan komunikasi dalam pelayanan Gereja
Salah satu tantangan utama dalam pelayanan gerejawi di tingkat lingkungan adalah hambatan komunikasi antara ketua lingkungan, pengurus lingkungan, dan ketua wilayah. Sering kali, konflik yang muncul menyebabkan terhambatnya komunikasi antara pengurus dan umat.
“Komunikasi yang baik merupakan tantangan bagi ketua lingkungan dan ketua wilayah. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari 70% kesalahan dalam organisasi terjadi akibat komunikasi yang kurang baik,” ungkap Raditya.
Mempertajam sikap menghargai dan membangun tim solid
Dalam paparannya, Raditya mengajak peserta untuk mempertajam keterampilan komunikasi dengan menerapkan Prinsip Respect:
- Respect (menghargai) – Saling menghormati dalam komunikasi.
- Empathy (memahami perasaan orang lain) – Membangun rasa peduli.
- Audible (mudah didengar dan dipahami) – Komunikasi yang jelas.
- Clarity (menyampaikan pesan dengan jelas dan tidak salah tafsir).


Selain itu, peserta juga diajak melakukan refleksi untuk membangun komunitas lingkungan yang lebih dinamis melalui:
- Kerja tim yang solid.
- Kolaborasi yang baik.
- Penanganan konflik secara konstruktif. Perumusan visi dan program kerja yang sederhana dan jelas.
Melatih kemampuan merumuskan persoalan dan mencari solusi
Menjelang penghujung lokakarya, peserta diajak untuk merumuskan berbagai persoalan yang ada di tingkat lingkungan serta mencari solusi yang sesuai dengan kebutuhan umat.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan gerejawi di lingkungan, sehingga umat merasakan manfaat langsung dari kehadiran para pengurus lingkungan dalam kehidupan menggereja.
Dengan adanya lokakarya ini, diharapkan para pengurus lingkungan dapat lebih siap dan kompeten dalam menjalankan peran mereka, serta mampu menciptakan komunitas Gereja yang lebih harmonis, dinamis, dan berdaya guna bagi umat.