Puncta 3.03.24
Minggu Prapaskah III
Yohanes 2: 13-25
PARA nabi seringkali melakukan tindakan-tindakan simbolis untuk menyampaikan pesan Allah. Nabi Yeremia misalnya menyembunyikan ikat pinggangnya di bukit batu.
Nabi Hosea mengambil isteri seorang sundal, namun isterinya itu tetap berzinah dengan lelaki lain. Yeremia juga mengambil contoh tukang periuk.
Tindakan simbolis sang nabi itu adalah kritik terhadap Israel yang tidak setia kendati Allah telah mengasihinya. Tindakan simbolis (actus symbolicus) dipakai untuk mengingatkan atau menyadarkan masyarakat agar bertobat.
Kaum seniman melakukan tindakan simbolis melalui pertunjukan teater. Butet misalnya, membuat pertunjukan Musuh Bebuyutan untuk memotret kondisi masyarakat menjelang pilpres kemarin. Kita diingatkan agar tidak bermusuhan hanya gara-gara beda pilihan.
Yesus melakukan tindakan simbolis di pelataran Bait Allah dengan mengusir para pedagang dan penukar uang. Demo atau drama yang dilakukan Yesus itu mau menyadarkan bangsa-Nya supaya menggunakan Bait Allah sebagai tempat suci untuk membangun relasi intim dengan Allah.
Yesus prihatin dengan kondisi waktu itu dimana unsur bisnis ekonomi dan praktek monopoli, pemerasan dan ketidakadilan lebih dominan terjadi di tempat suci Bait Allah.
Dengan tindakan simbolik itu Yesus ingin mengembalikan fungsi Bait Allah ke tujuan semula. Bait Allah adalah tempat kudus untuk manusia yang mau menyembah Tuhan, bukan untuk mencari keuntungan dan kepentingan material.
Yesus melakukan “demo” sebagai tindakan kenabian. Orang yang hadir di Bait Suci disadarkan bahwa relasi dengan Allah lebih penting daripada urusan-urusan binatang korban, transaksi bisnis dan tukar menukar uang.
Suasana morat-marit dimana meja-meja terjungkir balik, uang-uang berhamburan, banyak orang riuh rendah, menggambarkan rusaknya tata peribadatan di Bait Suci.
Orang-orang yang melihat itu diajak menilai sendiri bagaimana ibadah suci sudah melenceng jauh dari maksud yang sebenarnya.
Kita diajak merenung bagaimanakah ibadah kita kepada Tuhan? Apakah hanya sebatas lahiriah semata, jatuh ke hal-hal ritual belaka, terlalu dangkal pada hal-hal material saja, hambar tiada makna ataukah sungguh mengalami relasi mesra dan akrab dengan Tuhan sendiri? Mari kita melakukan pertobatan rohani.
Minyak tawon obati sakit kaki gajah,
Yang suka ngintip matanya jadi merah.
Apa guna membangun gereja megah,
Kalau umatnya porak poranda dan bubrah.
Cawas, pertobatan rohani
Rm. A.Joko Purwanto, Pr