Puncta 4.03.24
Senin Prapaskah III
Yohanes 4:5-42
BIMA berguru kepada Pandita Durna. Ia ingin mengerti ilmu kesejatian hidup. Manusia itu berasal dari mana dan menuju ke mana.
Apa sebenarnya tujuan manusia diciptakan di dunia. Itulah ilmu “sangkan paraning dumadi” atau ilmu tentang asal dan tujuan segala makhluk.
Durna sebenarnya tidak tahu jawaban dari pertanyaan muridnya itu. Karena didasari niat jahat untuk menghabisi Pandawa, Durna menyuruh Bima terjun ke dasar samudera. “Di sanalah kamu akan menemukan tirta pawitra mahening suci,” kata Durna.
Sebagai murid yang taat pada sang guru, Bima terjun ke dasar samudera. Niatnya teguh walau dihalangi oleh saudara-saudaranya.
Di dasar samudera itu, dia tidak mati, namun justru bertemu dengan Sang Hyang Dewa Ruci, ya Sang Hyang Marbudeng Rat, dewanya segala makhluk.
Bima “diwejang” atau dijelaskan tentang makna ‘tirta pawitra mahening suci.” Tirta adalah air, air sumber kehidupan. Di mana ada air di situ ada kehidupan.
Pawitra artinya bening, air bening bukan lahiriahnya tetapi untuk menghidupi seluruh ciptaan. Mahening dari kata maha dan hening, artinya ketenteraman lahir dan batin. Suci artinya lepas dari segala kotornya dosa.
Makna dari Tirta Pawitra Mahening Suci yaitu, di dalam hidup di dunia ini, carilah kesempurnaan yang bisa membawa hidupmu kepada ketentraman lahir dan batin.
Berusahalah menjauhi segala dosa agar hidupmu menjadi suci. Jika demikian kamu akan mendapatkan apa yang disebut “manunggaling kawula Gusti.” Itulah yang dimaksud dengan ‘sangkan paraning dumadi,” asal dan tujuan hidup sesungguhnya.
Perjumpaan Wanita Samaria dan Yesus ibarat perjumpaan Bima dengan Sang Marbudeng Rat, Tuhan Sang Pencipta Kehidupan. Ia justru diberi air hidup oleh Yesus sendiri.
“Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya, sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal,” kata Yesus.
Perjumpaan itu semakin meyakinkan wanita itu tentang siapa Yesus. Sapaan wanita kepada Yesus menunjukkan proses iman yang makin mendalam. Awalnya wanita menyebut Yesus dengan kata “engkau.”
Kemudian wanita itu menyebutnya, “Tuhan, engkau tidak punya timba.” Lalu ia mengaku bahwa Mesias akan datang yang disebut juga Kristus.
Yesus menegaskan, “Akulah Dia yang sedang bercakap-cakap dengan engkau.”
Seperti Bima, wanita Samaria itu telah berjumpa dengan Yesus yang adalah Kristus, Juruselamat dan ia mewartakannya kepada semua orang di kotanya.
Dengan air pembaptisan, kita pun disatukan dengan Kristus dan memperoleh keselamatan kekal yang dianugerahkan-Nya. Kita mengerti kebahagiaan hidup dalam Kristus Tuhan.
Manusia punya ilmu sangat tinggi,
Sampai bisa mendarat di bulan.
Karena air pembaptisan yang suci,
Kita bersatu dengan Kristus Tuhan.
Cawas, syukur atas baptis yang mulia
Rm. A. Joko Purwanto Pr