Senin, 13 Sep 2021
Bacaan 1: 1Tim 2:1 – 8
Injil: Luk 7:1 – 10
INDONESIA dikenal sebagai negeri sejuta budaya dan beragam agama. Maka perlu adanya suatu sikap toleransi, terutama toleransi religius.
Pemerintah Indonesia memberikan kebebasan bagi warganya dalam memeluk dan menjalankan kereligiusannya masing-masing. Sehingga rakyat harus bisa menyelaraskan kebebasan yang telah diberikan oleh negara tersebut.
Toleransi adalah alat untuk menghindari konflik antar umat beragama bahkan mampu menimbulkan rasa persaudaraan meski berbeda keyakinan.
Di Maluku, kita mengenal adanya tradisi Pela Gandong.
Pela berarti suatu ikatan persatuan, sedangkan Gandong berarti bersaudara. Jadi Pela Gandong adalah suatu ikatan persatuan dan saling mengangkat sebagai satu saudara meski berbeda keyakinan.
Rasul Paulus dalam nasihatnya kepada anak imannya, Timotius, mengajaknya menaikkan suatu doa syafaat dan ucapan syukur.
Tujuan doanya adalah sebuah “Toleransi Religius”.
Sebuah ajakan menjadi warga negara dan kristiani yang baik serta layak dicontoh. Pemerintah adalah wakil Allah di dunia. Dengan mendoakan pemerintah agar bijaksana, maka warga akan mendapatkan perlindungan dan kesejahteraan.
Warga hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan, sehingga Allah pun berkenan.
Perwira dalam kisah hari ini, meski tidak memeluk agama Yahudi, namun ia menunjukkan ketoleransiannya yang luar biasa. Ia membiayai pembangunan rumah ibadat Yahudi serta begitu mengasihi hambanya Yahudi yang sedang sekarat serta mengupayakan kesembuhan baginya.
Perwira ini tidak menunjukkan sikap sombong karena jabatannya, namun justru rendah hati. Karena mengakui keberdosaannya, ia merasa tak pantas menerima “Tamu Agung”, yaitu Tuhan Yesus di rumahnya.
Ia hanya meminta sabda-Nya saja bagi kesembuhan hambanya, itu sudah cukup. Dan hambanya memang sembuh karena sabda-Nya oleh iman perwira itu.
“Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel.”
Demikian puji-Nya untuk iman sang perwira Romawi.
Pesan hari ini
Kehidupan Kristiani harus diintegrasikan dengan cara hidup bernegara yang baik, terbuka bagi semua orang tanpa kebencian. Toleransi religius adalah sebuah keharusan bagi Indonesia.
Tuhan tidak mengenal perbedaan, mengapa manusia justru membuat sekat-sekat?
“Jabatan tidak membuatmu lebih terhormat dari orang lain, namun ketulusan mengasihi sesamamu itu lebih terhormat. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”