DI zaman modern seperti ini, hidup bakti sebagai religius suster biarawati sungguh menjadi sebuah kesaksian bahwa ada orang-orang spesial yang mendarmabaktikan hidup sepenuhnya kepada Tuhan melalui Gereja-Nya.
Melalui karya doa dan pastoral, para suster religius biarawati ini ingin memberi kesaksian nyata bahwa hidup untuk Tuhan dan Gereja-Nya itu juga merupakan bentuk penghayatan hidup sosial yang membahagiakan. Tidak hanya bagi para suster pelaku hidup bakti itu saja, tapi juga masyarakat umum; khususnya umat katolik.
Dan inilah buktinya. Delapan orang suster yubilaris SFIC di Pontianak –Kalbar telah memberi kesaksian nyata itu dengan kilas panjang sejarah hidup mereka. Delapan suster SFIC itu kini sudah merangkai jejaknya melakoni hidup bakti ‘berkarier’ sebagai suster SFIC selama 60 tahun, 50 tahun, 40 tahun, dan 25 tahun.
Ini bukan waktu yang pendek, melainkan kurun waktu yang amat panjang. Banyak ‘misteri’ terjadi di situ. Ini dalam artian menjawab pertanyaan, misalnya, mengapa orang bisa bertahan sebegitu lama hingga selama 60-50-50-25 tahun setia melakoni cara hidup bakti bersemangatkan triprasetya: hidup dalam kemurnian, ketaatan dan kemiskinan.
Panggilan hidup bakti membiara adalah pilihan hidup hanya bagi Tuhan. Hal itu diungkapkan nyata melalui cara hidup mempersembahkan diri secara total dan utuh kepada Tuhan. Persembahan hidup bakti ini terjadi di dalam Gereja Katolik, khususnya melalui tarekat hidup bakti dimana kedelapan suster itu telah bergabung masuk dan menjadi anggotanya.
Ecce venio
Seperti kata Yesus sendiri: “Lihatlah Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu ya Bapa – Ecce Venio”.
Pengantar singkat itu mengawali perayaan penuh syukur pesta hidup membiara ke-8 suster yubilaris anggota Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah (SFIC).
“Saya memaknai iman di bacaan Injil perumpamaan tentang talenta Matius 25: 14-23.29 itu bukan hanya berhubungan dengan kemampuan seseorang. Tetapi juga berhubungan dengan rasa syukur bahwa saya ini ciptaan Tuhan,” demikian Bapak Uskup Agung Keuskupan Pontianak Mgr. Agustinus Agus di awal homilinya.
“Terkadang kita mengeluhkan tugas pengutusan yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Hal-hal seperti ini bisa mengganggu perjalanan panggilan kita sebagai orang yang dipilih. Tuhan telah memberi talenta kepada kita supaya kita menggunakannya agar di kemudian hari kita juga mampu membagikannya kepada sesama dan menghasilkan buah berlimpah,” sambung Mgr. Agustinus Agus.
Sederhana dan meriah
Misa syukur pesta memperingati hidup bakti ke-8 suster yubilaris anggota Kongregasi Suster Fransiskus dari Perkandungan Bunda Suci Allah (SFIC) ini telah berlangsung kidmad dan meriah pada Sabtu sore 28 Oktober 2017. Acara sederhana ini berlangsung di Kapel Susteran St. Antonius Pontianak.
Perayaan penuh syukur ini dihadiri oleh sanak keluarga, kenalan, sahabat, karyawan-karyawan, alumni/alumnus yang mengenal para suster yubilaris.
Ke-8 Suster SFIC yubilaris itu adalah:
- Sr. Yohana Waha SFIC: 60 tahun hidup membiara.
- Sr. Catharina Sailan SFIC: 60 tahun hidup membiara.
- Sr. Agelita Limas SFIC: 50 tahun hidup membiara.
- Sr. Xaveria Arpina SFIC: 50 tahun hidup membiara.
- Sr. Adriana Tony SFIC: 40 tahun hidup membiara.
- Sr. Paulina Pareira SFIC: 40 tahun hidup membiara.
- Sr. Herkulana SFIC: 25 tahun hidup membiara.
- Sr. Ely Odilia SFIC: 25 tahun hidup membiara.
Tak terasa sudah berjalan lama
Ungkapan syukur atas kesetiaan Tuhan memanggil dan membimbing ke-8 suster yubilaris itu diungkapkan oleh Sr. Adriana Tony SFIC, Suster Jenderal Kongregasi SFIC, yang juga genap merayakan 40 hidup membiara. Mewakili ke-7 orang suster yang berpesta, Suster Pemimpin Umum SFIC memberi kesaksian berikut ini.
Umumnya dan sebagaimana dirasakan oleh ke-8 suster yubilaris itu, hidup membiara selama 25-40-50-60 tahun itu merupakan perjalanan hidup yang begitu panjang. Namun hal itu seperti berlangsung begitu saja dan tanpa dirasa tahu-tahu sudah sekian tahun lamanya. “Tidak terasa ya, kami semua sudah sekian tahun menjalani panggilan hidup bakti sebagai suster religius SFIC. Sudah pernah dipindah kesana-kesini dengan aneka tugas yang pernah dilakoni pula, ”demikian ungkap Suster Pemimpin Umum SFIC ini.
Perayaan seperti ini, kata dia, menjadi momen tepat untuk menelusuri perjalanan hidup sekian tahun sebagai SFIC. Penelusuran itu untuk mengenang masa-masa pendidikan sejak mulai di Postulat, Novisiat, Yuniorat, sampai tahap bina lanjut usai mengikrarkan kaul kekal.
“Tugas pengutusan yang telah dipercayakan juga mengajak kami untuk mengenang kembali bahwa kami pernah mengalami jatuh bangun, namun dibangunkan lagi untuk berdiri tegak,” ungkap dia.
“Kami menyadari bahwa panggilan hidup kami sebagai SFIC itu melulu berkat kasih dan kehendak Allah yang telah memilih kami sesuai rencana-Nya, untuk mengemban misi-Nya. Ini berarti, hidup kami bukan sesuai rencana dan misi kami sendiri. Karena itu, pengalaman bergumul, berjuang, bahkan menderita itu telah menjadikan kami semakin memiliki semangat kesederhanaan, kepatuhan, cintakasih, dan matiraga,” ungkap Suster Pemimpin Umum SFIC yang kini tinggal di Generalat SFIC Tagaytay Filipina.
SFIC itu kaya. Tapi kaya dalam semangat dan itu tampak di setiap pribadi para anggotanya. Demikian pernyataan singkat yang mengawali kata sambutan Sr. Irene SFIC sebagai Provinsial SFIC Provinsi Indonesia.
Menurut Suster Provinsial Sr. Irene SFIC, perayaan memperingati pesta hidup bakti ke delapan suster SFIC itu merupakan ungkapan syukur atas kesetiaan para yubilaris yang telah setia meniti ‘karier’ religius mereka sebagai suster. Bisa terjadi seperti itu, tentu saja karena ada campur tangan Tuhan. “Kita mesti mengakui hal itu tidak mungkin tanpa rahmat Tuhan yang selalu menyertainya,” ungkap Sr. Irene SFIC.
“Sebagai angkatan yang terhitung usia panggilannya masih muda, hal itu jelas mengagumkan dan sekaligus menantang kami untuk juga semakin mampu setia dan taat,” ungkapnya kemudian.
Tua tapi tetap semangat
Dalam kesempatan itu pula, Sr. Irene SFIC lalu memperkenalkan para pestawati kepada seluruh umat yang hadir.
- Sr. Yohana SFIC sudah menjalani 60 tahun hidup membiara dan kini hanya bisa menghabiskan masa tuanya di kursi roda, namun ia tetap semangat.
- Sr. Catharina Sailan SFIC yang juga sudah 60 tahun hidup membiara. Namun dalam masa tuanya ini, ia masih aktif sebagai penggiat pastoral care di Rumah Sakit St. Antonius Pontianak. Ia masih bersemangat mengunjungi para pasien ruma sakit yang menderita dan kemudian mendoakan mereka.
- Sr. Agelita Limas SFIC sudah 50 tahun dan kini hanya bisa duduk di kursi roda, tetapi tetap memiliki perhatian besar kepada para kolega suster di komunitas. Ia sering menjadi ‘perawat’ bagi saudari-saudari yang sakit dan dengan setia bersemangat mengunjungi kamar para suster untuk menemani mereka sarapan dan minum obat.
- Sr. Xaveria Arpina SFIC sudah meniti ‘karier’ sebagai suster SFIC selama 50 tahun. Ia pernah menjadi misionaris selama 15 tahun di Afrika. Sekarang, ia telah kembali dan masih setia bersemangat menjalani tugas sebagai pemimpin komunitas.
- Sr. Adriana Tony SFIC sudah 40th tahun membiara dan kini menjadi Pemimpin Umum Kongregasi SFIC. Inilah yang merupakan kekayaan bagi Kongregasi SFIC Provinsi Indonesia yakni kaya akan semangat misioner dan SFIC Provinsi Indonesia telah memberi sumbangan tenaga bagi Kongregasi SFIC di panggung internasional.
- Sr. Paulina Pareira SFIC juga sudah 40 tahun meniti hidup bakti sebagai suster SFIC. Selama belasan tahun, ia bertugas di sekolah sebagai guru dan kepala sekolah. Kini, di masa pensiunnya ia masih menjadi teman setia bagi para suster yang sakit di komunitasnya.
- Sr. Herkulana SFIC dan Sr. Ely Odilia berpesta perak. Meski usia muda, namun mereka semangat mau bercermin teladan dan menimba kesetiaan para suster yang sudah senior.
Demikian intisari sambutan Suster Provinsial SFIC Sr. Irene.
Acara kemudian dilanjutkan dengan santap malam bersama di refter susteran SFIC Komunitas St. Antonius Pontianak dan seraya dilantunkan tembang-tembang hiburan dan tarian dari para suster dan tak ketinggalan Bapak Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus yang memang suka bernyanyi memberikan suara emasnya pada malam penuh kegembiraan tersebut.
Baca juga:
- Jatuh Cinta, Bermain Suster-susteran Sampai Didikan Asrama, Awal Sejarah Panggilan Hidup Religius Empat Suster…
- Melihat Kembali Sejarah 173 Tahun Kongregasi Suster SFIC: 24 Juni 1844 – 2017 (3)
- Kongregasi Suster SFIC di Balik Sejarah RS St. Vincentius Singkawang, Kalbar (2)
- Pontianak: Suster SFIC Mendalami Spiritualitas Kongregasi, Kembali ke Semangat Awal (1)
- Promosi Panggilan di Pontianak: Aksi “Jemput Bola” Tim Animator Kongregasi Suster SFIC
- Empat Suster Biarawati SFIC Ucapkan Triprasetya Kekal di Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak