Bacaan 1: Yes 1:10. 16-20
Injil: Mat 23:1 – 12
Guru itu digugu lan ditiru.
Ketika Nagasaki dan Hiroshima dibom Sekutu, maka Jepang tahkluk kepada mereka. Satu hal yang dipikirkan oleh Kaisar Hirohito waktu itu adalah: guru.
Ia bertanya berapa jumlah guru tersisa? Sekitar 250.000 guru masih hidup. Kaisar Jepang bertekad bahwa dalam satu generasi, Jepang harus lebih maju dari kondisi sewaktu ditahklukan.
15 tahun kemudian yaitu 1960, Jepang membuktikan bahwa mereka lebih maju dari negara penakluknya.
Dalam tradisi Jawa, guru diartikan akronim dari “digugu lan ditiru” (dipercaya dan diikuti). Selain mengajar mata pelajaran pokok di sekolah, ia juga bertanggungjawab atas ajaran moral, etika, integritas, dan karakter.
Sejak 2000 SM, guru dan parlemen dianggap sebagai orang yang luas pengetahuannya, arif dan bijaksana. Maka, Socrates dalam bukunya The Republic menyatakan bahwa dua profesi itu harus sarjana.
Guru bertugas menyiapkan generasi mendatang dan anggota parlemen berwenang membuat aturan untuk hidup bersama dengan baik.
Dalam bacaan hari ini, Yesus mengecam Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Mereka adalah orang intelek yang religius, ahli menafsirkan Kitab Suci Perjanjian Lama dan seharusnya mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, tidak setiap Ahli Kitab adalah orang Farisi.
Demikian juga sebaliknya.
Mereka digambarkan telah duduk di kursi Musa, penggambaran kursi kehormatan dalam rumah ibadat di mana ia mengajar agama.
Tuhan Yesus menginginkan para pengikut-Nya mendengarkan ajaran mereka; namun hendaknya menghindari kemunafikan mereka.
“Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”
Dalam nubuatannya, Yesaya memulai dengan kisah penghancuran Sodom dan Gomorah akibat perbuatan dosa mereka. Selanjutnya, Yesaya menyampaikan firman Allah, ajakan untuk bertobat.
“Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda.”
Tema nubuatan ini adalah peribadatan sejati, bahwa bertobat lebih baik dari mempersembahkan korban. Bangsanya Israel, rajin beribadah dengan mempersembahkan kurban namun perilakunya sungguh munafik diantaranya menindas para janda.
Agar tidak dihukum seperti Sodom dan Gomorah maka Yesaya mengajak bertobat. Dengan pertobatan, Allah akan berkenan kepada mereka dan memberi kemakmuran dalan hidup.
Pesan hari ini
Mengajar memang mudah namun melaksanakannya sungguh sulit. Harus bisa menyelaraskan antara mulut dan perilaku; sebab hidup bukanlah kata-kata.
Sebagai orangtua dari anak-anaku, saya masih jauh dari sempurna sebagai guru mereka.
Tugas pendidik modern bukanlah menebang hutan, tetapi mengairi gurun.
Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.