Kamis 1 Februari 2024.
- 1Raj. 2:1-4,10-12;
- MT 1Taw. 29:10,11ab,11d-12a,12bcd;
- Mrk. 6:7-13.
KEKAYAAN itu hanya pinjaman, kemiskinan itu hanya jembatan. Kekayaan itu adalah semacam ujian, kemiskinan itu juga semacam ujian.
Saat Tuhan memberikan uang banyak ke dalam tangan kita. Jangan senang, karena Tuhan akan melihat kita bagaimana diuji dengan kekayaan yang dipinjamkan kepada kita. Apakah kita bisa menggunakan kekayaan untuk kebaikan dan meningkatkan kemurahan hati kita atau justru kita akan terjebak dalam keegoisan.
Tidak perlu sedih hati dan menderita apa pun keadaan diri kita, karena Tuhan akan melihat dengan janji-Nya, kita akan menjadi emas setelah diuji.
Maka orang yang hatinya menilai segala sesuatu dengan ukuran materi, itu bukan orang yang bijaksana; orang bijaksana tidak akan mengukur nilai dengan harga.
“Hidup kami ditopang oleh berkat Allah yang setiap hari menuntun langkah hidup kami,” kata seorang bapak.
“Tuhan menyadarkan kami dengan cara yang paling sulit kami pahami,” ujarnya.
“Kematian anak kami yang mendadak, membuat kami sadar bahwa tidak ada bisa menjamin hidup kami kecuali Tuhan sendiri,” tuturnya.
“Memandang jazad yang terbaring kaku tak berdaya tanpa segala kemewahan membuat kami sadar bahwa segala kemewahan itu hanyalah barang sementara,” lanjutnya.
“Sejak saat itu, kami mengubah arah hati dan pikiran kami, tidak lagi tergantung pada harta kekayaan namun mencari berkat Allah dengan melayani sesama,” imbuhnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ia memanggil kedua belas murid itu dan mengutus mereka berdua-dua. Ia memberi mereka kuasa atas roh-roh jahat,
dan berpesan kepada mereka supaya jangan membawa apa-apa dalam perjalanan mereka, kecuali tongkat, rotipun jangan, bekalpun jangan, uang dalam ikat pinggangpun jangan, boleh memakai alas kaki, tetapi jangan memakai dua baju.”
Tuhan bisa memakai siapa saja yang dia mau untuk menjadi pelayan-Nya, baik laki laki atau perempuan, baik tua atau muda. Tuhan juga tidak melihat masa lalu. Ia pun tidak melihat dari ketidaksempurnaan, karena kita semua adalah manusia yang tidak sempurna. Tetapi, yang Tuhan lihat adalah hati yang mau melayani Dia dengan sungguh-sungguh.
Kita jangan berkecil hati dan tidak takut menerima panggilan Tuhan. Kita pasti memiliki kelemahan yang berbeda-beda, entah terlihat atau tidak. Tapi bukankah dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna.
Jika kita Dia pilih untuk menjadi pelayan-Nya, Dia pasti akan memampukan kita dan menyertai kita untuk melakukan pekerjaan baik. Jangan takut dengan segala keterbatasan dan kekurangan kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku percaya pada penyelenggaraan Ilahi Dalam setiap langkah hidupku?