Tuhan Berkenan pada Orang Sederhana

0
487 views
Sr. Martina SMFA menginventarisasi kondisi rumah sangat sederhana di Serimbu yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama Sr. Alfonsa SMFA dan menakar berapa dan bagaimana rumah ini akan direhab supaya lebih layak sebagai rumah biara susteran. (Dok SMFA)

Rabu, 8 Desember 2021

HR SP Maria Dikandung Tanpa Noda

Kej.3:9-15.20.
Mzm.98:1.2-3ab.3c-4.
Ef.1:3-6.11-12.
Luk.1:26-38

MANUSIA bisa dibilang yang paling susah untuk dimengerti. Hal itu diperkuat dengan peribahasa “Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa tahu.”

Manusia suka beda di mulut, beda di hati. Memang tidak semua manusia seperti itu. Manusia pasti memiliki alasan atas yang diucapkan dan diperbuat.

Untuk mengetahui pribadi macam apa kita ini, bisa kita kenali ketika kita sedang menghadapi masalah.

“Romo, saya berusaha menjalani rangkaian kesedihan ini. Sejauh mana saya mampu bergelut dengan permasalahan yang sangat sulit saya pahami ini,”kata seorang bapak

“Peristiwa swdih tak pernah kuharap datang bertubi-tubi dalam keluargaku,” lanjutnya

“Anakku perempuan ditinggal suaminya yang meninggal mendadak karena kecelakaan,” katanya.

“Belum hilang duka kami, isteriku tiba-tiba terkena penyakit stroke dan koma,” lanjutnya

“Peristiwa berat yang harus aku tanggung, membuatku bertanya pada Tuhan, apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kami sekeluarga,” ujarnya

“Saya tidak menyalahkan siapa pun, juga Tuhan, tetapi saya hanya ingin Tuhan mengajariku bisa memikul salib ,” lanjutnya

“Terjadilah padaku menurut kehendakMu, inilah yang saya ucapkan dalam doa-doaku setiap waktu, khususnya saat masalah datang silih berganti,” katanya

“Saya percaya sepenuhnya pada Tuhan, Dia pasti punya rencana yang indah untuk hidupku dan keluargaku,” katanya lagi

Dalam Injil hari ini kita dengar demikian,

Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”

Ucapan Maria ini sungguh sangat indah; suatu penerimaan atas “pesan khusus” sekaligus penyerahan diri atas penunjukan Allah sebagai hamba-Nya. Akan tetapi apakah Maria menyadari resiko atas ucapannya ini?

Maria pasti sadar akan hal ini, Maria berani mengambil resiko: karena dia sadar bahwa ia mendapat kasih karunia dari Allah.

Maria sadar bahwa kasih karunia Allah akan memampukan dia untuk hidup didalam ketekunan dan Roh Kudus akan memampukan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku siap menjadi hamba Tuhan meski untuk itu harus melalui jalan yang penuh risiko?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here