Senin, 29 Juli 2024 – Perayaan Wajib St. Marta, Maria dan Lazarus
1Yoh. 4:7-16;
Mzm. 34:2-3.4-5.6-7.8-9.10-11;
Yoh. 11:19-27 atau Luk. 10:38-42
DI balik penderitaan kita dapat memetik gambaran bahwa penderitaan tidaklah selamanya menjadi sebuah musibah. Ada kalanya penderitaan yang datang merupakan satu di antara cara Tuhan untuk mengasah kita agar menjadi seseorang yang lebih bijaksana.
Penderitaan yang dirasakan bisa berasal dari berbagai hal, melalui bencana, kematian, hingga kegagalan. Beberapa dari penderitaan tersebut tidak dapat dihindari. Namun, ada pula penderitaan yang disebabkan diri sendiri.
Sebagai manusia beriman, kita harus menerima setiap penderitaan sebagai bagian dari proses Tuhan memoles kita. Kita juga meyakini bahwa penderitaan itu akan berlalu.
“Tidak ada yang mustahil di hadapan Tuhan,” kata seorang sahabat.
“Saya divonis mengindap penyakit kronis oleh dokter enam tahun yang lalu. Kalau menurut dokter bahwa dengan penyakit yang saya derita cukup enam bulan saja, maka saya akan meninggal.
Meskipun kondisiku sangat sulit dan menyakitkan, namun penderitaan tersebut bisa mengarah pada pertumbuhan pribadiku yang mendalam. Dalam prosesku saat ini, saya bisa mengalami kedekatan yang lebih dalam dengan Tuhan dan menemukan makna baru dalam hidupku.
Penderitaan yang saya alami menjadi momen introspeksi, mendorong diriku untuk mengevaluasi kembali tujuan hidupku. Pengalaman penderitaan telah menempa karakter hidupku untuk tidak mudah menyerah dan selalu punya harapan pada Tuhan sang pemilik kehidupan ini,” ujarnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” Maka kata Marta kepada Yesus: Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.”
Kata-kata Marta kepada Tuhan Yesus menunjukkan kepercayaannya akan kuasa Yesus, namun juga menunjukkan keputusasaannya. Marta mengakui bahwa meskipun dia merasa terlambat, dia masih percaya bahwa Tuhan bisa melakukan sesuatu.
Yesus memberitahu Marta bahwa saudaranya akan bangkit. Ini adalah pernyataan tentang kuasa-Nya atas kematian dan janji-Nya tentang kebangkitan di akhir zaman.
Kisah perjumpaan Marta, Maria, dan Lazarus dengan Yesus mengajarkan kita tentang pentingnya iman dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan.
Yesus datang ke Betania bukan hanya untuk menghibur, tetapi untuk menunjukkan bahwa Dia adalah sumber kehidupan dan harapan. Saat kita menghadapi tantangan hidup.
Marilah kita mengingat bahwa Yesus adalah kebangkitan dan kehidupan kita. Dia menawarkan pengharapan yang tidak tergoyahkan dan kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku tetap bisa memelihara iman keyakinan di tengah segala derita dan kesusahan hidupku?