Tuhan Datang pada Saat yang Tepat

0
372 views
Ilustrasi - Perempuan tukang tambal ban di Tiongkok. (Mathias Hariyadi)

Sabtu, 17 April 2021

Bacaan I: Kis 6:1-7
Injil: Yoh 6:16-21

“TUHAN jangan biarkan kami binasa,” doa dari seorang teman.

Belum hilang suara doa dari telinga kami, kemudian terdengar doaarrr, ban mobil pecah lagi, hingga mobil yang kami tumpangi menepi.

Perjalanan untuk ikut ongoing formation dari Sintang ke Benua Martinus saat itu penuh tantangan, karena jalanan sangat jelek. Bahkan kami harus menginap di jalan.

Ban mobil kami pecah sampai tiga kali.

Waktu ban pertama pecah kami bisa segera menggantinya, karena masih ada ban serep lalu mencari tukang tambal ban yang hampir 15 kilometer jauhnya.

Waktu pecah yang kedua, kami bisa menggantinya lagi dengan ban yang sudah kami tambal. Namun waktu pecah ban yang ketiga, kami sudah tidak berdaya. Karena tidak ada lagi ban serep serta posisi sudah tengah-tengah hutan.

Kembali ke kota sudah jauh dan tidak ada kendaraan karena hari sudah sore. Mau jalan ke Benua Martinus masih sangat jauh.

Akhirnya kami menginap di jalan, bertahan hidup dengan apa adanya.

Untuk makan, kami masak mie dengan bekas kaleng minuman bersoda yang kami beri air dan dibakar, karena kami tidak membawa alat masak.

Bahkan ada teman yang menggunakan kaosnya untuk menangkap ikan di sungai dan hasilnya bisa dinikmati bersama.

Karena kecapaian, kami pun tidur di tepi jalan. Untung saja, malam itu tidak turun hujan.

Pagi itu, lewat beberapa orang yang pulang berburu. Mereka membawa mobil yang sama dengan mobil kami, dan akhirnya mereka memijami ban serep, karena membawa lebih dari satu.

Kami semua meyakini waktu itu, bahwa tidak ada yang kebetulan. Namun inilah cara Tuhan menolong kami.

Kami melihat bagaimana Tuhan berkenan hadir mengatasi masalah kami.

Ketika kami tidak lagi mampu mengatasi masalah kami, Tuhan dengan caranya mengulurkan pertolongan-Nya.

Tuhan tidak akan membiarkan kami binasa, seperti doa teman kami.

Melalui kesulitan dan tantangan di jalan tersebut justru telah terjadi ‘ongoing formation‘ yang kami terima dari Tuhan sendiri.

Peristiwa itu telah mendidik kami untuk saling membantu, saling menjaga dan saling melindungi.

Hati kami semakin dimampukan untuk merasakan kehadiran Tuhan dalam perjalanan hidup kami.

Dan yang tidak kalah pentingnya, kami diingatkan untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan benar serta membawa persediaan untuk mengantisipasi kemungkinan, jika sesuatu menimpa kami.

Meski Tuhan akan datang dan memberikan pertolongan, namun kami harus berjaga-jaga dan mengantisipasi segala kemungkinan.

Apakah kita bisa melihat pertolongan Tuhan dalam sitausi sulit yang kita alami?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here