Tuhan Mau

0
372 views
Yesus Anak Allah

Jumat 30 Juni 2023.

Kej. 17:1,9-10,15-22.

Mzm. 128:1-2,3,4-5.

Mat. 8:1-4

SETIAP orang pasti punya rencana dan cita-cita dalam hidup mereka ke depan.

Walaupun banyak mimpi dan cita-cita yang ingin diraih tapi tetap saja kehendak dan rencana Tuhan yang jadi.

Maka dari itu tidak ada alasan bagi manusia untuk menjadi sombong atau memegahkan diri.

Menilai dan menghukun sesama karena kesalahan yang pernah dilakukannya tanpa memberi ruang untuk bertobat dan kembali.

Ketika segalanya tidak berlangsung sebagaimana kita kehendaki, dan terasa semuanya gelap, kita merasa hidup kita terkutuk.

Manakala kegagalan terus terjadi. Kesusahan bertubi-tubi. Banyak kesialan. Tersingkir dan terasing.

Saat semuanya itu terjadi, kepada siapa kita mencari pertolongan?

Jangan ikuti jejak orang sesat yang mengandalkan jimat dan pelihat.

Mari kita datang pada Yesus. Datang kepada Tuhan.

Ketika kita bersandar kepada Tuhan, Ia selalu mau dan mampu memulihkan hidup kita.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”

Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.”

Dari bacaan Injil hari ini kita bisa melihat bahwa orang kusta itu tidak punya harapan namun dasar hatinya mendorong dia meminta pada Tuhan Yesus. Disembuhkan syukur tidak ya sudah, mungkin begitu pikirnya.

Hal ini terjadi karena latar belakang sikap orang Yahudi zaman itu terhadap orang kusta.

Orang-orang Yahudi memberikan dua vonis kepada penderita kusta. pertama, engkau adalah orang mati yang berjalan.

Kedua, Engkau pantas mendapatkannya karena ini adalah hukuman Tuhan terhadap engkau.

Jadi begitu menderitanya penderita kusta masa itu. Menderita batin dan fisik saat yang bersamaan.

Lingkungan terdekat dan masyarakat begitu menghinakan mereka, sehingga mereka sangat tertekan karena terstigma sebagai pendosa.

Penderita kusta itu percaya dan tahu bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Namun harus diingat bahwa kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kita.

Marilah kita mempunyai iman dan pemahaman yang benar ketika memohon kepada-Nya yaitu dengan keyakinan, karena Dia mendengar dan mampu, serta mau memperbaiki hidup kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku mau mengutamakan kehendak Tuhan dalam hidupku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here