MALAM NATAL
Misa Malam: L
- Yes. 9:1-6;
- Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13
- Tit. 2:11-14.
- Luk. 2:1-14.
PENGHAYATAN Natal yang sejati itu tidak terletak pada pemaknaan tanggal lahirnya Yesus.
Namun juga tidak terletak pada kemeriahan puji-pujian Natal dalam perayaan Natal.
Natal sejati itu tidak terletak pada kulit luarnya dengan aneka assesoris atau hiasan-hisasan natal baik di gereja maupun di rumah.
Lebih dari itu, Natal adalah pemaknaan terhadap pulihnya relasi antara kita manusia dengan Allah dan dengan sesama.
Karya pemulihan itu memiliki dua dimensi penting, yakni dimensi illahi yang menyangkut pembaharuan relasi kita dengan Tuhan.
Serta dimensi manusiawi yang menyangkut relasi manusia dengan sesamanya, baik sesama warga gereja, maupun lainnya.
Dengan demikian, unsur penting dalam merayakan Natal yang hakiki dalam rangka dalam rangka menghayati pulihnya relasi manusia dengan Allah adalah terletak pada “hati yang terbuka pada karya pemulihan Allah.”
“Perayaan Natal tahun ini, menjadi Natal kelima saya di tengah-tengah keluargaku, setelah sebelumnya saya ada ‘perantauan’,” kata seorang bapak.
“Pengalaman pahit itu terjadi ketika terjadi retaknya hubunganku dengan isteri hingga saya harus angkat kaki dari rumah, meninggalkan isteri dan anak-anakku,” lanjutnya.
“Kami tidak bercerai, namun kami tidak bisa lagi tinggal serumah, kemarahan dan sakit hati telah menjadi alasan kami untuk mengambil jarak,” paparnya.
“Kami punya komitmen untuk mendidik anak dan saling mendukung dalam pembinaan anak, namun kami membebaskan satu sama lain untuk menjalani hidup kami sendiri-sendiri,” ujarnya.
“Peristiwa itu sudah terjadi sejak anak kami yang besar kelas satu SMP,” urainya.
“Namun lima tahun lalu, anakku yang bungsu merayakan ulang tahun yang ke-17 dan dia dengan sangat minta kami untuk tinggal satu atap lagi,” lanjutnya.
“Awalnya kami berat dan tidak mau, namun atas desakan kedua anak kami, kami mulai menjalin komunikasi hingga saya mau kembali ke rumah,” sambungnya.
“Saya pulang ke rumah, setelah kami bertemu pada misa malam natal di gereja,” ujarnya
“Natal telah menbawaku untuk belajar rendah hati, tidak mempertahankan ego dan kehendak diri sendiri,” tuturnya.
“Natal telah membantuku berdamai dengan Tuhan dan dengan isteri dan anak-anakku,” jelasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan di kota Daud.
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.”
Rencana Allah untuk penyelamatan dunia melalui kelahiran Yesus adalah satu peristiwa yang tercatat dalam rangka sejarah, bukan merupakan cerita dongeng ataupun legenda.
Rencana penyelamatan tersebut dinyatakan melalui kelahiran Yesus dengan penuh kerendahan yaitu ditempatkan dalam palungan, bukan dengan kemegahan atau tempat yang mulia.
Hal tersebut merupakan perenungan bagi kita, sebagai mana Kristus telah mengambil rupa sebagai seorang hamba,dan taat sampai mati bahkan mati di kayu salib, kita ditantang untuk menjawab cinta kasih-Nya.
Natal adalah Anugrah, Natal adalah Cinta kasih Tuhan yang diberikan-Nya melalui pengorbanan-Nya, dengan merendahkan dirinya.
Palungan tempatnya berbaring, pinjaman, keledai yang ditungganginya ke Yerusalem pinjaman, ruangan yang dipakai-Nya untuk Perjamuan Malam, pinjaman, bahkan kuburan-Nya ketika dia mati juga pinjaman.
Dia tidak menimbun harta, tidak memperkaya diri, tapi Dia memberi diri. Untuk kita,
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku sudah memperbaiki hidupku dan menerima kasih Allah yang hadir dalam kenyataan hidupku ini?