- Bacaan 1: Why 3:1-6.14-22
- Injil: Luk 19:1-10
Mengetuk pintu dilakukan seseorang saat akan meminta masuk ke rumah yang sudah tertutup. Ada dua yang bisa dilakukan pemilik rumah,
- membuka pintu
- membiarkan ketukan serta tidak membukanya (tetap tertutup).
Tuhan Yesus datang ke dunia untuk mencari para pendosa, mengetuk pintu hatinya berharap agar Ia bisa masuk dan tinggal dalam hatinya.
Namun kadang masih banyak yang “cuek” dengan ketukan-Nya itu dan membiarkan pintu hatinya tetap tertutup. Orang demikian, artinya menolak keselamatan yang ditawarkan Tuhan Yesus.
Hari ini Tuhan Yesus mengetuk pintu kota-kota, Yerikho (Zakheus), Sardis dan Laodikia.
Yerikho punya sejarah buruk, salah satu pusat utama penyembahan berhala dikhususkan kepada ilah Asytoret, dewi bulan, banyak pendosa disana. Dalam perikop ini, Zakheus digambarkan sebagai orang Yerikho yang mau membuka pintu hatinya kepada ajakan pertobatan Tuhan Yesus. Menyesali dosa yang telah diperbuat sebagai petugas cukai (me-mark up tagihan cukai kepada penduduk dan menjadi antek penjajah).
Hal ini menyukakan Tuhan,
“Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.
Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
Demikian juga, Tuhan memperingatkan Gereja di Sardis dan Laodikia (kota-kota di Turki) agar mau berbalik dari dosa dan membuka pintu hatinya untuk bertobat. Kepada mereka dikatakan:
“Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat.”
Mereka yang mau membuka pintu hatinya dan bertobat adalah “Sang Pemenang” dan akan mendapatkan janji kasih karunia hidup kekal:
“Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.”
Demikian janji-Nya.
Pesan hari ini
Bukalah pintu hatimu ketika “Tuhan mau mampir” ke ruang hatimu.
Sebab ia mencari pendosa untuk diajak bertobat, dengarkan apa yang dikatakan Roh Kudus dan jadilah “Sang Pemenang”.
“Kegagalan menghancurkan pecundang namun sekaligus menginspirasi pemenang.”