Selasa, 24 Agustus 2021
Why.21:9b-14.
Yoh. 1:45-51
PENGALAMAN adalah guru yang terbaik. Semboyan ini membuat kita hati-hati dalam perjumpaan dengan situasi serta permasalahan baru.
Kewaspadaan itu muncul dan menuntun kita untuk tidak jatuh dalam sikap yang salah.
Seorang bapak syering bahwa dia bergerak untuk mencari dan melihat Tuhan ketika dia tersentak oleh pengalaman batas dalam hidup ini.
Tuhan jauh lebih dahulu telah melihatku secara utuh dan mengenal siapakah aku yang sebenarnya.
“Saya orang biasa saja, tidak nakal, dan tidak neko-neko dalam hidup ini,” ujarnya.
“Saya jalani hidup ini, mengalir saja, yang penting saya bekerja dengan benar dan tidak merugikan orang lain, lalu hasil jerih payahku bisa untuk menghidupi isteri dan anak-anakku,” sambungnya.
“Pagi saya ke bengkel, tutup bengkel saya pulang dan kumpul dengan anak isteri. Bertahun-tahun sejak menikah hingga punya anak dan anak-anak sudah besar, rutinitas ini saya jalani,” katanya.
“Semua seakan menjadi berat dan bahkan terasa sia-sia ketika isteri saya sakit keras” katanya lagi.
“Aku sungguh tergoncang dan bingung sekali,” kisahnya.
“Dalam situasi sakit berat, isteriku memang kelihatan cemas, takut, namun wajahnya tetap tenang. Demikian juga anak-anakku yang selalu menenani ibunya dengan tenang,” kisahnya lagi.
“Mereka berdoa terus dan berdoa. Itu yang membuat mereka tenang dan bisa pasrah dalam situasi seperti itu,” ujarnya.
“Bapak ingin ikut kalian berdoa,” kataku singkat pada isteri dan anak-anakku.
“Mereka agak terkejut, karena selama ini, saya memang tidak menjalankan agama apa pun. Saya tidak pernah melarang isteri dan anak-anakku berdoa dan ke gereja tetapi saya belum merasa ada panggilan,” katanya.
“Aneh bagiku, tetapi bagi isteri dan anak-anakku itulah mukjizat dan jawaban Tuhan atas doa-doa kami. Mungkin juga karena saya tidak pernah berdoa dan meminta pada Tuhan, maka Tuhan langsung mengabulkan doaku. Isteriku sembuh dari penyakitnya,” katanya.
“Sejak saat itu, saya sungguh percaya pada Tuhan Yesus dan saya ke gereja,” ujarnya
Tuhan bisa menggunakan segala jalan untuk menjumpai dan memanggil kita.
Begitu dalam dan tak terpahami cara Tuhan memanggil kita. Dia melihat hati kita bahwa ada hal yang baik dalam diri kita yang bisa diubah-Nya.
Kelemahan dan cacat kita dihadapan sesama bukan menjadi ukuran bagi Tuhan untuk menentukan pantas atau tidaknya kita dipanggil.
Kita dipanggil bukan karena kepantasan kita, bukan karena kualitas hidup yang kita miliki, tetapi karena Tuhan punya rencana menjadikan kita lebih baik lagi.
Bagaimana denganku?
Apakah aku bisa menghargai rahmat panggilan dengan kesetiaan dan kerendahan hati?