TUHAN adalah sumber hidup manusia. Tuhan tidak pernah menolak setiap orang yang datang kepadaNya.
Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon, “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.”
Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu lalu berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.”
Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga. Ia berkata kepada orang yang telah sembuh itu, “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam. Persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.”
Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar. Akibatnya, datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa.
Tuhan mendengarkan seruan
Tidak seorang pun yang berseru kepada Yesus ditolak dan tidak ditolong. Bahkan orang-orang kusta boleh menemukan pertolongannya dalam diri Yesus. Padahal di kalangan Yahudi,orang-orang kusta tak boleh disentuh. Bahkan mereka dibuang dari kehidupan bersama masyarakat.
Tidak seperti orang-orang pada jaman Yesus yang menghindari para penderita kusta, Yesus justru mendekati. Ia menjamah dan menyembuhkan mereka seutuhnya. Para penderita kusta merupakan warga masyarakat yang tercampak, terdepak dan tersingkir waktu itu. Kondisi fisik mereka mengerikan. Mereka tidak diperhatikan. Bahkan mereka sudah dianggap mati saat masih hidup, termasuk oleh keluarga mereka sendiri. Hukum Yahudi melarang orang mendekati dan menyentuh mereka.
Kisah di atas mengajak kita untuk berani berseru kepada Tuhan. Ia meminta pertolongan dari Tuhan dan Tuhan serta merta menyembuhkannya. Dengan rendah hati, ia mendekati Yesus kendati risikonya akan dihukum rajam bila seorang kusta seperti dirinya mendekati seorang rabbi atau guru. Yesus adalah seorang Rabbi Yahudi, namun Ia menerima penderita kusta itu tanpa merajamnya. Alih-alih merajamnya, Yesus justru menyambutnya dengan cinta.
Yesus tidak hanya menyembuhkan dirinya, tetapi juga menyatakan belas kasih, bela rasa dan kebaikanNya. Yesus menyatakan empati dan rasa peduli kepadanya. Ia menyatakan belas kasih. Tuhan tidak hanya menyatakannya dengan perkataan tetapi dengan tindakan. Ia menjamah dan menyembuhkan penderita kusta itu, ia sembuh jasmani dan rohani.
Mari kita dekatkan diri kita kepada Tuhan dan memohon pertolongan dari Tuhan. Kita manusia lemah yang penuh dengan noda dosa, tetapi Tuhan tidak pernah menolak kehadiran kita. Ini yang mesti kita yakini dalam hidup sehari-hari. Jangan takut datang kepada Tuhan, karena Dialah sumber sukacita kita. Tuhan memberkati.
Frans de Sales SCJ
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)