Tuhan yang Menyempurnakan

0
520 views
Ilustrasi - Sakit. (Ist)

Sabtu, 19 November 2022

  • Why. 11:4-12.
  • Mzm. 144:1,2,9-10.
  • Luk. 20:27-40.

KEMATIAN adalah bagian dari kehidupan. Sudah menjadi kenyataan yang tak terbantahkan bahwa setiap ciptaan yang lahir ke muka bumi tentu akan menghadapi kematian di kemudian hari.

Hidup ini hanya sementara, kita tidak akan selamanya berada di dunia.

Kita tinggal di dunia ini hanyalah sebentar saja, bagaikan sekejap mata.

Setiap orang punya waktunya sendiri, panjang pendek usia seseorang tidak ada yang tahu.

Ada yang diberikan usia pendek oleh Allah, dan ada pula yang diberikan usia panjang.

Akan tetapi, panjang dan pendeknya usia ini hanyalah pada pandangan manusia saja.

Ada orang yang panjang usianya, namun diisi dengan kesia-siaan bahkan menempuh jalan-jalan yang sesat serta selalu menjauh dari cinta dan kehendak Tuhaan.

Usianya yang panjang dan berpuluh tahun itu tiada artinya.

Sebaliknya, ada orang yang usianya pendek, namun diwarnai dengan kebaikan dan pengabdian diri pada kebahagiaan sesamanya.

Meski hidupnya hanya singkat di dunia ini, namun penuh dengan makna dan cinta yang terpatri di hati.

Seorang ibu mensyeringkan pergulatan anaknya menghadapi penyakit cancer yang ganas.

“Sejak tahu, mengindap kanker anakku berusaha sedapat mungkin ceria dan optimis di hadapan kami,” ujarnya.

“Dia tidak ingin kami bersedih, dan menangisi kenyataan yang pahit itu,” lanjutnya.

“Dia sedapat mungkin ingin menanggung derita itu sendiri,” tuturnya.

“Ibu, saya minta maaf selalu merepotkan ibu, bahkan mimpi dan harapan ibu harus pupus di dalam tubuh anakmu yang sakit ini,” kata anakku setelah kemo.

“Namun jangan kuatir bu, aku tahan dan akan berjuang supaya mimpi bisa tercapai,” lanjutnya.

“Untukku bersamamu dalam segala situasi ini telah menjadi anugerah, mimpi telah menjadi kenyataan,” jawabku.

“Umur ada di tangan Tuhan ya Bu, apa pun yang terjadi saya ingin ibu tahu, bahwa saya anak ibu yang mau berjuang,” katanya.

“Tuhan tahu saya bisa dan kuat menanggung derita ini, maka Tuhan memberikan penyakit ini padaku. Tuhan yang memilihkan untukku,” paparnya dengan yakin.

“Saya hanya bisa memeluknya tanpa mampu mengucap sepatah kata pun,” ujar ibu itu.

“Percakapan itu menjadi percakapan terakhir, karena dua hari kemudian anakku koma dan kemudian meninggal,” sambungnya.

“Saya percaya anakku tahu apa yang dia tanggung dan kemana dia menuju, yakni kepada Tuhan yang selalu dia sebut dalam doa-doanya,” tegasnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tentang bangkitnya orang-orang mati, Musa telah memberitahukannya dalam nas tentang semak duri, di mana Tuhan disebut Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.

Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.”

Allah menyatakan diri sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.

Dari penyataan Allah tersebut Tuhan Yesus mengingatkan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati melainkan Allah orang hidup, sebab di hadapan Dia semua orang hidup.

Jadi, bagi kita yang percaya dalam Tuhan, ketika kita kembali menghadap Sang Pencipta, kita semua akan hidup meski kita telah mati.

Inilah yang menjadi pengharapan kita.

Pengharapan itu mencerahkan kita untuk berjuang di tengah segala situasi.

Karena kita tahu suatu saat nanti Tuhan akan menyempurnakan apa yang kita usahakan dan perjuangkan selama hidup di dunia ini.

Bagaimana dengan diriku? Apakah aku terus berjuang meski kadang terlalu gelap jalan di hadapanku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here