- Bacaan 1: Ef 3:14-21
- Injil: Luk 12:49-53
Beberapa waktu lalu viral berita tentang anak seorang tokoh agama tertentu dan sekaligus “public figure” yang pindah agama menjadi pengikut Kristus. Dalam keluarga tersebut lalu terjadi “kekisruhan” atau pertentangan antara anak dan ayahnya. Si anak kemudian memilih meninggalkan rumah orang tuanya.
Anaknya itu tetap memilih Kristus sebagai “Jalan Hidupnya”.
Saya berpikir mungkinkah itu penggenapan dari perikop hari ini?
Tuhan Yesus datang ke dunia membawa misi Allah Bapa-Nya melalui ajaran-ajaran-Nya tentang kasih dan Kerajaan Allah. Hal ini tentu saja menjadikan suatu pertentangan antara mereka yang mau menerima dan menolak ajaran-ajaran-Nya itu.
Mengenai “pertentangan” ini, juga telah dinubuatkan oleh Simeon sewaktu melihat bayi Yesus di Bait Allah saat Ia dipersembahkan kepada Allah Bapa-Nya (Luk. 2:34).
Bahwa “Jesus a sign of contradiction“ atau Yesus sebagai “tanda pertentangan”.
Tuhan Yesus mengingatkan para pengikut-Nya agar tetap teguh dalam iman hingga akhir nanti, seperti disabdakan-Nya,
“Aku datang melemparkan api ke bumi, dan betapa Kudambakan agar api itu selalu menyala!”
Ia datang membawa “api” yaitu kasih Allah serta “Api Roh Kudus” yang akan menutun umat-Nya teguh dalam iman hingga akhir zaman.
Jemaat Efesus juga merasakan adanya kekerasan, kekisruhan dan pertentangan dari pihak penguasa serta orang-orang lokal karena menolak iman Kristiani dari jemaat. Maka Rasul Paulus berdoa untuk mereka yang inti doanya adalah:
- Iman jemaat dikuatkan dan diteguhkan (berakar dalam kasih Kristus) oleh Roh Kudus.
- Jemaat memahami betapa luas dan dalamnya kasih Kristus yang melampaui segala pengetahuan.
- Supaya jemaat dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Pesan hari ini
Dunia mungkin tidak rela kita mengimani Kristus, maka terjadi “kekisruhan” (pertentangan). Dunia menolak menjadi bagian dari Keselamatan Allah.
Janganlah murtad dan jaga “Apimu” tetap menyala hingga pertandingan usai.
“Iman tidak pernah tahu kemana ia dibawa, tetapi ia mencintai dan mengenal Dia yang memimpin.”
Tuhan Yesus, kepada-Mu keluh kesahku aku panjatkan. sakit yang kurasa lebih ringan derita-Mu di salib.