Bacaan 1: Ef 4:32 – 5:8
Injil: Luk 13:10 – 17
SEBUAH kisah nyata keluarga Kristiani (sepasang suami istri dengan satu anak) yang mengalami terbelenggu oleh kuasa kegelapan. Si istri mengalami peristiwa magis yang kemudian seperti kerasukan roh jahat dan sejak itu memiliki kekuatan magis, mampu menyembuhkan orang, berbuat kejahatan dengan kekuatannya, percabulan hingga meninggalkan rumah tangganya menikah lagi dengan orang lain.
Suami dan anaknya yang masih kecil tentu pedih ditinggalkan oleh wanita itu. Bertahun-tahun mereka berpisah dengan wanita yang mereka kasihi.
Namun doa sang anak yang terus-menerus didaraskan kepada Tuhan Yesus telah mengubah segalanya. Tuhan Yesus mendengarkan doanya dan akhirnya membawa kembali sang ibu.
Keluarga itu kembali merasakan sukacita, sang ibu bertobat, dibebaskan dari kuasa gelap dan akhirnya menjadi pelayan Tuhan dengan mengajar di Sekolah Minggu.
Kisah injil hari ini, mengingatkan cerita di atas bagiku. Kepala rumah ibadat semestinya menjadi pengayom dan pembina iman. Namun oleh kemunafikannya, ia malah menghalangi seorang wanita yang terbelenggu roh jahat selama delapan belas tahun dan menjadi bungkuk untuk bertobat.
Menurutnya, aturan agama tidak membolehkan penyembuhan di hari Sabat.
Untuk bisa terlepas dari kuasa kegelapan dan menjadi anak terang maka seseorang harus datang kepada Sang Cahaya, yaitu Yesus Kristus.
Itulah yang dilakukan oleh anak kecil dari ibu yang kerasukan roh jahat tadi dan juga wanita di rumah ibadat. Wanita itu, tahu harus kemana, ia mendatangi Yesus di rumah ibadat agar disembuhkan.
Rasul Paulus dalam peneguhannya kepada jemaat Efesus mengajak untuk hidup dalam terang. Mereka telah dibaptis dan mendapatkan pengampunan.
Maka sebagai konsekuensinya, harus hidup sebagai anak terang. Bersikap ramah, saling mengampuni, menjadi penurut Allah dan hidup dalam kasih Yesus. Menjauhi percabulan, rupa-rupa kecemaran dan keserakahan bahkan menyebut pun jangan.
“Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau sembrono, karena hal-hal ini tidak pantas tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.”
Demikian kata Rasul Paulus.
Sebagai “anak terang” maka harus hidup seperti “Sang Cahaya” yaitu Yesus Kristus.
Pesan hari ini
Kegelapan adalah ketiadaan terang. Supaya menjadi “anak terang” maka harus mendekat datang kepada “Sang Cahaya” yaitu Yesus Kristus.
Ia tidak pernah jauh dari umat-Nya. Ia tidak pernah melihat fisik seseorang yang datang namun hatinya yang Ia perhatikan.
“Aku bisa menjadi seperti sekarang karena pilihan yang kuambil kemarin. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”