Bacaan 1: Kej 17:3-9
Injil: Yoh 8:51-59
BAGI makhluk hidup, kematian adalah sebuah keniscayaan. Apa yang ada di dunia ini semua ada umurnya, tidak ada yang kekal.
Lantas, kemana hidup akan dilanjutkan setelah mati?
Sebuah pertanyaan yang menarik sekaligus sulit dijawab.
Dunia bukanlah tujuan akhir hidup bagi orang beriman, sebab dunia hanyalah sebuah peziarahan. Di dunia, kebahagiaan yang didapat masih semu dan bukan bahagia sejati.
Alih-alih mendapatkan kebahagiaan di dunia, tidak sedikit orang pada akhirnya tertekan dengan hidup mereka sendiri karena terlalu ambisius mencari kebahagiaan di dunia.
Bagi orang beriman, tujuan akhir kehidupan adalah kesempurnaan dan persatuan dengan Tuhan setelah menjalani peziarahan di dunia.
Maka dalam syahadat para rasul, pada ‘poin’ terakhir ditempatkan tujuan akhir kehidupan umat manusia yaitu kehidupan kekal.
Dalam perdebatan-Nya dengan orang-orang Yahudi, Tuhan Yesus menawarkan jaminan hidup kekal.
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.”
Namun karena mereka tidak mau mengakui keilahian Yesus, tawaran itu mereka tolak. Mereka menganggap-Nya kerasukan setan serta melakukan penghujatan terhadap Allah, sehingga layak dilempari batu.
Tuhan menampakkan diri kepada Abram pada saat ia berumur 99 tahun. Umur panjang sebagai salah satu ciri orang diberkati Tuhan.
Tuhan menginginkan Abram untuk memenuhi dunia melalui keturunannya kelak dengan satu syarat ia dan seluruh keturunannya harus hidup kudus.
Maka Dia mengadakan “Perjanjian” dengan Abram yang ditandai oleh sunat dan isi perjanjian itu adalah:
• Keturunan yang sangat banyak dalam berbagai bangsa.
• Keturunannya menjadi raja-raja.
• Allah menjadi Allah Abram dan keturunannya.
• Mendapatkan “Tanah Terjanji” meliputi seluruh tanah Kanaan yang sangat makmur.
Sunat sebagai tanda keselamatan dan hidup baru serta berlalunya kehidupan lama.
Pesan hari ini
Dunia hanyalah sebuah peziarahan dengan tujuan akhirnya adalah kehidupan kekal persatuan dengan Allah, syaratnya melaksanakan firman-Nya.
Itulah syarat perjanjian-Nya dengan Abram, yaitu hidup kudus tanpa cela.
“Orang yang hidup tanpa harapan berarti telah lebih dahulu mati daripada kematian itu. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”