Sejatinya, Tujuan Hidup Manusia untuk …(3)

0
1,992 views
Paus Fransiskus memeluk anak sakit yang mampu membetot atensi masyarakat internasional. (Ist)

Cinta Tuhan dan Sesama

Pada dasarnya mencintai manusia lain semestinya tidak meninggalkan sikap cinta kepada makhluk lain yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Karena cinta pada manusia juga sebenarnya cinta pada alam semesta ini. Tak bisa dipisahkan. Demikian juga cinta pada Tuhan, tak bisa dipisahkan dengan cinta pada sesama.

Karena itu, tidak mungkin orang bicara “Saya mencinta Tuhan” tapi dia malah menyakiti sesamanya. Dia tidak tahu apa itu cinta. Sebagai manusia, dia tidak mengerti hakikat dirinya yang adalah buah cinta, yang juga harus belajar mencinta dan akhirnya menjadi cinta itu  sendiri.

Dalam khasanah budaya dan filosofi Jawa serta Cina dan Filosofi maupun Theologi Timur lain, sikap harmoni dengan alam semesta ini menjadi bagian penting bagi manusia sebagai makhluk yang sedang belajar mencintai.

BACA JUGA :

Makhluk Rohani Itu Bernama Manusia (1)

Yesus Datang Berkali-kali (2)

Cinta adalah tujuan manusia diciptakan. Dengan cinta manusia hidup. Dan dalam hidup itulah, manusia harus belajar mencintai lewat berbagai pengalaman mulai saat lahir, berada dalam keluarga bersama adik, kakak, ibu dan ayah serta anggota keluarga lain. Lalu menikah, punya suami/istri dan anak, bekerja dengan teman dan rekan oyang beragam. Hidup dalam masyarakat yang majemuk dan bermacamk-macam karakter dan kebiasaan. Dan masih banyak lagi tempat dan peristiwa yiang harus dilewati. Dari situlah manusia menggembleng dirinya agar bisa mencinta.

Sayang, manusia kerap tidak paham bahkan tidak tahu bahwa itulah tujuan idup yang harus dicapainya. Bukan menjadi orang kaya sekaya-kayanya, menjadi pejabat dan berkuasa, mengejar karier dengan segala macam prestasi dan penghargaan. Dalam bahasa Ignasian, manusia tidak paham perbedaan antara sarana dan tujuan. Sarana dijadikan tujuan dan tujuan justru malah dijadikan sarana. Hidup berkeluarga adalah sarana untuk belajar mencintai. Demikian juga menjadi pejabat atau penguasa. Itu juga sarana untuk mencintai.

Kegalauan manusia sering menjadikan hidup tanpa arah, disorientasi. Manusia tak tahu apa yang semestinya dicapai dan dikejarnya. Semua daya upaya disia-siakan untuk hal-hal yang sebenarnya semu dan bukan modal bagi keselamatan jiwanya. Belum punya pasangan di usia matang, sedih dan putus asa. Tidak segera punya mobil, punya momongan, hati langsung ciut alias kecil hati. Dan masih banyak contoh kegalalauan-kegalauan lain yang sebenarnya tidak perlu.

Manusia semestinya harus galau bila tak lagi mampu mencintai. Manusia harusnya berlomba-lomba untuk menjadi unggul dalam mencintai sesama, Tuhan dan lingkungannya baik yang tidak kelihatan maupun yang kelihatan.

Sayang, perlombaan yang justru dibesar-besarkan saat ini adalah mengejar kekuasaan, jabatan, kekayaan, kenikmatan duniawi, ketenaran, dan masih banyak hal lain yang sia-sia. Manusia zaman ini akhirnya tak lagi mengenali dirinya dan hakikat kenapa harus ada di dunia ini.

Sesungguhnya Tuhan hanya mengenal jiwa manusia dan berbagai amal kebaikan yang sudah dibuatnya selama hidup. Sisanya, tak ada apa pun yang bakal diperhatikan Tuhan. Mungkin lima mobil bermerek yang dimilikinya saat mati. Seratus jabatan yang dipernah disandangnya, atau berbagai gelar kesarjanaan yang pernah diraihnya. Tuhan tak hendak menghitungnya sebagai modal bagi Anda, saya, dan kita agar boleh masuk ke dalam kerajaanNya, surga.

Jadi, selain amal dan kebaikan alias cinta yang memenuhinya sebagimana cinta yang juga diterima manusia saat lahirlah, tidak ada yang lain yang membuat Tuhan terpesona dengan jiwa manusia yang menghadap padaNya. Cinta itulah yang menyelamatkan jiwa manusia.

Keselamatan jiwa yang diperoleh dengan mengembangkan cinta sebenarnya merupakan langkah mencapai kekudusan/kesucian, menjadi sempurna seperti Tuhan Allah. Itulah tujuan yang sesungguhnya. Sayang, manusia tidak pernah mengerti dan tahu hal ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here