KAKI terasa gemetar saat menginjakkan kaki di daratan Amerika Serikat. Ini karena teringat akan Kristoforus Kolumbus (nama asli dalam bahasa Italia adalah Christoffa Corombo), yang lahir 30 Oktober 1451 dan dianggap sebagai penemu Benua Amerika.
Kolumbus adalah seorang penjelajah dan pedagang asal Genoa, Italia, yang menyeberangi Samudera Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492.
Perjalanan tersebut didanai oleh Ratu Isabella dari Kerajaan Spanyol.
Kolumbus sebenarnya bukanlah orang pertama yang tiba di daratan Amerika, dan ia juga bukan orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu, karena orang-orang Viking dari Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L’Anse Aux Meadows untuk jangka waktu singkat.
Memori sejarah
Namun demikian, nama besar Kolumbus tetaplah dalam ingatan, saat tanggal 11 Oktober 1492, rombongan Kolumbus dengan tiga kapal, yaitu Nina (dikapteni oleh Vicente Pinzon Yanes), Pinta (dimiliki dan kapten oleh Martin Alonzo Pinzon) serta Santa Maria (dikapteni oleh Kolumbus), mendarat di sebuah pulau di Karibia yang mereka sebut Guanahani, tetapi Kolumbus kemudian menamainya San Salvador.
New York City (NYC) memang jauh dari San Salvador di Karibia yang berjarak total 2.913 km, tetapi sensasi Kolumbus tetap terpatri di hati. NYC yang kami kunjungi memiliki lima wilayah utama atau Borough.
Kelima wilayah tersebut adalah Manhattan, The Bronx, Brooklyn, Queens, dan Staten Island. Saat ini New York adalah kota terpadat di Amerika Serikat, dan pusat wilayah metropolitan New York yang merupakan salah satu wilayah metropolitan terpadat di dunia. Dengan luas 789 km² dan pada tahun 2016, memiliki penduduk sebanyak 8,538 juta (2016).
Amsterdam baru
Selain itu, New York adalah sebuah kota global terdepan, memberi pengaruh besar terhadap perdagangan, keuangan, media, budaya, seni, mode, riset, penelitian dan hiburan tingkat dunia.
Sebagai tempat markas besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kota ini juga merupakan pusat hubungan internasional yang penting. Kota ini sering disebut New York City (NYC) atau City of New York untuk membedakannya dari negara bagian New York, tempat kota ini berada.
New York pada mulanya didirikan sebagai sebuah pos dagang komersial oleh Belanda pada tahun 1624. Permukiman ini dinamai ‘Amsterdam Baru’ hingga 1664, ketika koloni ini berada di bawah kekuasaan Inggris.
New York berperan sebagai Ibukota Amerika Serikat pada tahun 1785 hingga 1790. New York telah menjadi kota terbesar di AS sejak 1790. Sebanyak 800 bahasa dipertuturkan di New York City, sehingga menjadikannya kota dengan bahasa paling beragam di dunia.
Wilayah ini sebelumnya dihuni oleh penduduk asli Amerika Lenape, ketika ditemukan bangsa Eropa tahun 1524 oleh Giovanni da Verrazzano, seorang penjelajah Italia yang bekerja untuk kerajaan Perancis, dan menamainya “Nouvelle Angoulême”.
Permukiman Eropa dimulai dengan pendirian permukiman perdagangan bulu domba oleh orang Belanda yang kemudian dinamai “Nieuw Amsterdam” (Amsterdam Baru), di ujung selatan Manhattan pada tahun 1614.
Direktur Jenderal kolonial Belanda Peter Minuit membeli pulau Manhattan dari suku Lenape tahun 1626, senilai 60 guilden atau sekitar $1.000 pada 2006.
Namun demikian, sebuah legenda yang diragukan mengatakan, Manhattan dibeli senilai $24 dalam bentuk manik-manik kaca.
Tahun 1664, kota ini menyerah kepada Inggris dan berganti nama menjadi “New York”.
Pada akhir Perang Inggris dan Belanda Kedua, Belanda memperoleh kekuasaan atas Run di Indonesia, yang merupakan aset yang lebih berharga sebagai ganti terhadap kekuasaan Inggris di New Amsterdam (New York) di Amerika Utara.
Pada waktu itu Pulau Run, sebuah pulau kecil di Kepulauan Banda, Maluku, Indonesia, bernilai lebih tinggi daripada kota New York di Pulau Manhattan yang kala itu dinamakan Nieuw Amsterdam.
Itulah ironi sejarah, pada paruh terakhir abad ke-17, bangsa Inggris dan Belanda berulang kali terlibat perebutan daerah penghasil rempah. Semasa itu, sekantong rempah bernilai lebih mahal dari sekantong emas dengan bobot yang sama.
Serikat Dagang Hindia Timur Belanda (VOC) dan Serikat Dagang Hindia Timur Inggris (EIC) bersaing ketat dan sering terlibat konflik terbuka. Bahkan, terjadi pembantaian warga Inggris di benteng Belanda di Ambon, Maluku yang dikenal sebagai Amboyna Massacre yang memicu kemarahan Inggris.
Dari Terminal 8 Bandara Internasional John F. Kennedy di New York kami berjalan kaki sekitar 3 menit menuju JFK Terminal 8 Air Train Station. Kemudian kami naik Air Train JFK Red Jamaica Airport selama 9 menit dengan 2 perhentian, yaitu Federal Circle Station dan turun di Jamaica Station.
Dari situ kami ganti naik Subway Line J tujuan Broad Station. Kami melewati beberapa stasiun, yaitu Sutphin Blvd, 121 St, 104 St, Woodhaven Blvd, 85 St Forest, 75 St Elderts, Cypress Hill, sampai Marcy Av yang semuanya berada di Brooklyn.
Selanjutnya subway Line J menyeberangi East River melalui Williamburg Bridge, salah satu dari 3 jembatan yang menghubungkan Brooklyn dengan Manhattan.
Setelah sampai di Manhattan, kami melewati stasiun Delancay St Essex, dan kemudian turun di Bowery. Dari Stasiun Bowery itu kami berjalan kaki sekitar 2 menit dan sampai di New World Hotel, 101 Bowery #2, New York, NY 10002, Amerika Serikat.
Kemudian kami segera mandi dan beristirahat sejanak, karena sudah hampir 2×24 jam kiami tidak berbaring dan ganti pakaian. (Berlanjut)