Puncta 28.01.23
PW. St. Thomas Aquinas, Imam dan Pujangga Gereja
Markus 4: 35-41
UNESCO meliris daftar bangunan yang menjadi ikon keajaiban dunia terbaru pada tahun 2021. Ternyata Candi Borobudur sudah terhapus dari daftar.
Yang terpilih menjadi tujuh keajaiban dunia adalah Taj Mahal India, Tembok Besar Cina, Petra Yordania, Maccu Piccu Peru, Colloseum Roma Italia, Patung Christ Redeemer Brasil, dan Chichen Itza, Meksiko.
Di suatu kelas Sekolah Menengah Pertama, guru geografi dunia meminta para murid untuk membuat daftar The Seven Wonders of the World.
Mereka dengan mudah menyebut bangunan-bangunan megah dan spektakuler seperti Piramida di Mesir, Taj Mahal di India, Grand Canyon di Arizona, Terusan Panama, The Empire State di New York, Basilika Santo Petrus Vatikan, Tembok besar China.
Seorang anak masih diam merenung dan berpikir. Sang guru berusaha membantu, “apakah kamu sedikit mengalami kesulitan?”
Anak itu menjawab, “Ya bu, karena ada banyak sekali keajaiban di dunia. saya sampai bingung memilihnya.”
Gurunya kemudian berkata, “Coba bacakan saja apa yang sudah kamu tulis, nanti saya membantumu.”
Ia membaca apa yang sudah ditulisnya, “Tujuh keajaiban di dunia yang saya ketahui adalah; bisa melihat, bisa merasa, bisa menyentuh, bisa tertawa, bisa berbicara, bisa mendengar, dan bisa mengasihi.”
Suasana di kelas langsung hening, tak ada suara sedikit pun. Guru dan semua murid melongo tak mampu berbicara.
Ada sebuah kesadaran baru yang menyentak dari apa yang barusan mereka dengar.
Dalam Injil, para murid tercengang-cengang, heran dan kagum. Ketika mereka sedang berperahu, ditengah danau mereka dihantam badai yang dasyat.
Lalu Yesus menghardik angin badai. Seketika itu juga angin dan danau menjadi reda, tenang tak ada gelombang. Mereka berkata satu sama lain, “Siapakah gerangan orang ini? Angin dan danau pun taat kepada-Nya?”
Kita baru disadarkan kalau terjadi hal-hal besar dalam hidup kita. Percaya kepada Tuhan tidak harus menunggu hal-hal ajaib dan luar biasa.
Tetapi dalam hal-hal biasa dan sederhana Tuhan juga berkarya. Kita terlalu sering memandang segala yang besar, wuah, hebat, spektakuler, dan tidak menyadari hal-hal kecil sebagai keajaiban yang tak terkatakan.
Kita bisa bernafas, bisa tertawa, bisa melihat hal-hal indah. Kita bisa merasakan citarasa aneka makanan.
Kita diberi badan yang sehat dan sempurna sehingga bisa pergi kemana-mana. Kita bisa bangun pagi dengan segar dan menghirup udara sejuk.
Di luar sana ada banyak orang yang tidak seberuntung kita. Ada orang yang tidak bisa mendengar, melihat, merasakan enaknya makan.
Ada orang yang selamanya tergolek di rumah karena sakit. Ada banyak orang berdukacita, sedih dan kesepian. Ada banyak yang merasa kurang mendapat kasih sayang.
Kita tidak perlu menunggu hal-hal ajaib untuk dapat bersyukur. Mensyukuri hal-hal kecil yang kita alami akan membuat kita bisa menghargai apa yang Tuhan berikan pada kita.
Hati yang damai dan penuh syukur akan membuat dunia kita menjadi indah dan menyenangkan. Itulah keajaiban yang sesungguhnya.
Pergi ke Itali tidak lupa ke Menara Piza,
Jangan lupa makan rissoto dan pasta.
Bersyukur atas hidup yang kita terima,
Adalah keajaiban yang tak ada habisnya.
Cawas, beryukur di hati….