Tulus Hati

0
38 views
Ilustrasi - Ulurkan tangan dan bantuan. (Ist)

Senin, 4 November 2024

Flp 2:1-4.
Mzm 131:1.2.3.
Luk 14:12-14.

SERING kali, kita merasa bangga atas pemberian kita kepada orang lain, berharap suatu saat ada timbal balik atau keuntungan yang dapat kita peroleh dari mereka.

Kita memberi dengan harapan bahwa orang lain akan menghargai atau membalas kebaikan kita. Namun, pemberian yang sejati tak membutuhkan syarat atau keuntungan.

Memberi dengan ketulusan, tanpa harapan, adalah cerminan dari hati yang penuh kasih dan kebaikan. Ketika kita mampu memberi dengan ikhlas, kita akan merasakan kebahagiaan yang datang dari dalam diri, yang tidak akan pudar atau tergantung pada situasi.

Memberi tanpa pamrih adalah bentuk kemuliaan hati yang sejati. Dengan membarui niat dan memperbaiki motivasi kita dalam memberi, kita akan menemukan ketenangan yang tak ternilai, kebahagiaan yang tak ternoda oleh rasa kecewa atau pamrih.

“Saya iklas dalam memberi tetapi ketika saya tahu bahwa saya dibohongi, saya merasa kecewa,” kata seorang ibu.

“Hari itu saya bersama suami mengunjungi anak yang kuliah di kota. Di atas jembatan penyeberangan itu ada pengemis yang kakinya buntung, dan ada bekas lukas yang diperban dengan semacam darah yang sudah mengering.

Melihat kondisi seperti itu, saya merasa iba, dan dengan hati yang tulus saya beri beberapa lembar puluhan ribu. Dia menerima dengan wajah senang.

Setelah beberapa saat saya berjalan tiba-tiba dari arah belakang berlarian orang-orang yang berjualan dan mengemis yang tadi buntung kakinya kini lari tapi tidak buntung lagi kakinya. Orang itu bisa lari, kakinya normal, dan tidak ada luka di kakinya.

Dia benar-benar main drama dan berpura-pura cacat serta menderita untuk mendapatkan belas kasih,” ujar ibu itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

Yesus mengajarkan hal yang sangat sederhana, tetapi sering terlewatkan dalam pemahaman kita akan hal berbahagia terkait dengan keberadaan orang lain.

Karena biasanya seseorang merasa bahagia ketika orang lain menghormatinya atau memberi pengakuan untuk eksistensinya.

Dalam kehidupan ini, kita sering kali tergoda untuk memberi kepada mereka yang bisa membalas kebaikan kita. Baik secara langsung maupun tidak, harapan akan timbal balik kerap menyusup dalam niat kita.

Namun Tuhan Yesus mengarahkan kita untuk memberi kepada mereka yang tidak memiliki apa-apa untuk membalas. Mengapa? Karena justru di situlah letak kemurnian hati dan kebaikan sejati.

Tuhan menjanjikan bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan tulus akan dihargai pada waktunya.

Bahkan jika di dunia ini kita tidak melihat hasil atau balasannya, kita dapat yakin bahwa setiap kebaikan akan diperhitungkan oleh Tuhan pada hari kebangkitan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku melakukan kebaikan tanpa pamrih?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here