Bacaan I: Kis 11:19-26
Injil: Yoh 10:22-30
PERJUANGAN dalam hidup ini memerlukan tenaga ekstra, karena kerap sangat melelahkan.
Kekuatan diri sendiri yang kita miliki sangatlah rapuh dan kita pun mudah lemah, jika mengandalkan diri sendiri. Itu karena kekuatan kita sangatlah terbatas.
Maka sangatlah penting kita mohon selalu hadirnya Roh Kudus dalam keluarga kita.
Jika kita berjalan dengan kemampuan diri sendiri tidak jarang muncul kelelahan. Juga goncangan-goncangan batin, kebimbangan, dan ketidakpastian.
Seperti yang dialami sebuah keluarga muda ketika berhadapan dengan orangtuanya.
Kehadiran orangtua dalam rumah tangga anaknya sering kali menjadi berkat yang tiada tara. Namun tidak jarang menjadi batu ujian yang sangat berat bagi keluarga muda tersebut.
“Kamu pilih aku, orangtuamu atau isterimu,” kata seorang ibu pada anak laki-lakinya.
“Saya mencintai ibu dan bapak; juga istreiku,” kata laki-laki itu.
“Istrimu hanya menjadi duri dalam keluarga besar kita,” kata ibunya.
“Saya sudah berkelurga dan berumahtangga sendiri, dan tinggal sendiri, dengan orang yang saya cintai. Ibu bapak tidak bisa selalu mencampuri masalah kami,” kata laki-laki itu.
“Karena istreimu itu, kamu sekarang berani membantah dan melawan. Kami telah kehilangan kamu,” kata ibunya.
“Saya tetap anak bapak ibu. Tetapi saya punya tanggungjawab dan kewajiban dalam keluargaku. Tidak bisa setiap waktu mengurus bapak ibu,” kata laki-laki itu.
“Memang kamu tidak peduli lagi sama kami. Waktumu habis untuk isterimu,” kata ibunya dengan sengit.
Kesatuan suami isteri menjadi lambang kesatuan Kristus dengan gereja-Nya. Saling menyatu dan tidak terpisahkan.
Orangtua yang menempatkan diri sebagai mentor dan pedamping serta “gembala” bagi keluarga anaknya akan menjadi berkat.
Orangtua yang tetap mengutamakan keinginan dan ingin memaksakan keinginannya akan menjadi beban; bahkan kutuk bagi keluarga anaknya.
Kehadiran orangtua dengan segala perbuatannya, khususnya dalam kehadiran dan pendampingan sudah menjadi sumbang sih yang besar dalam perkembangan keluarga anaknya.
Bagaimana kita menjaga kenyamanan hidup bersama dengan orang yang berbeda watak dan karakternya?