Umat Gereja Kapal St. Fransiskus Xaverius Pacitan (3)

0
1,192 views
Prosesi misa vigili Malam Natal 2023 di Gereja Kapal Santo Fransiskus Xaverius Pacitan, Jatim. (Fr. Francesco Ranubaya)

JUMLAH umat Katolik pada saat ini dan persebarannya per Juni 2022 dapat dilihat sebagai berikut:

  • Kecamatan Donorojo (St. Maria Donorojo): 21 KK, 50 jiwa.
  • Kecamatan Punung (St. Petrus dan Paulus Punung): 20 KK, 52 jiwa.
  • Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Tulakan (St. Gregorius Lorok): 8 KK, 18 jiwa.
  • Kecamatan Kebon Agung & Kecamatan Pacitan (St. Fransiskus Saverius Pacitan):
    • KBU St. Yakobus: 14 KK, 32 jiwa.
    • KBU Stella Maris: 13 KK, 26 jiwa.
    • KBU St. Cornelius: 14 KK, 33 jiwa
  • KBU St. Paulus: 10 KK, 29 jiwa

Total keseluruhan: 100 KK, 240 jiwa.

Dengan memperhatikan tren jumlah umat dari tahun ke tahun, jumlahnya cenderung tetap. Penambahan umat terjadi karena adanya kelahiran baru dan perpindahan umat dari paroki atau daerah lain; baik dari wilayah Keuskupan Surabaya maupun Keuskupan Semarang. Sementara itu, penurunan jumlah umat, terutama dalam tiga tahun terakhir, disebabkan oleh kematian; baik karena usia lanjut maupun karena COVID-19, dengan jumlah mencapai 10 orang.

Tradisi pastoral dan konteks situasi pelayanan pastoral

Sebelum seorang gembala ditetapkan oleh keuskupan untuk menetap di Pacitan, umat Katolik Pacitan praktis tidak memiliki akses yang memadai terhadap pelayanan sakramental. Dengan jarak yang relatif jauh (lebih dari 80 km) dari Pusat Paroki St. Maria Ponorogo, pemahaman bahwa intensitas dan kualitas pelayanan sangatlah terbatas menjadi wajar.

Taruh pastor menetap sejak tahun 2016

Hal ini terlihat dari fakta bahwa selama puluhan tahun, pelayanan rutin terbatas pada perayaan Ekaristi setiap bulan, sebelum adanya seorang pastor yang menetap pada tahun 2016. Meskipun pelayanan Ekaristi hari Minggu sudah dimulai, pada beberapa Minggu tertentu pelayanannya terkadang tidak tersedia karena padatnya kegiatan dan kesibukan di paroki.

Sementara itu, dinamika kehidupan umat tidak berjalan dengan baik, baik di stasi maupun di lingkungan atau Kelompok Basis Umat (KBU). Bahkan, lingkungan yang telah terbentuk lambat laun mengalami kelesuan, stagnasi, dan akhirnya mati. Spiritualitas, pemahaman, dan penghayatan iman umat berada dalam situasi yang problematis.

Dengan jumlah umat yang kecil dan bahkan semakin berkurang, umat kurang mendapatkan dukungan pengetahuan, penghayatan, dan semangat yang memadai.

Dalam konteks ini, kehadiran seorang pastor pendamping di wilayah Pacitan sejak tahun 2016 menjadi suatu momentum yang sangat berarti; suatu permulaan yang menantang dan menumbuhkan harapan baru. (Berlanjut)

Baca juga: Gereja Kapal St. Fransiskus Xaverius Pacitan (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here