UMAT Stasi St. Leonardus Tainsala, Paroki Mena, Keuskupan Atambua gotong-royong membangun rumah pastoran dan tenda perayaan pada Senin (14/11/2016). Kegiatan ini merupakan hasil kesepakatan antara Dewan Pengurus Stasi (DPS) bersama Pemerintahan Desa setempat dan para tua adat serta seluruh anggota umat Allah.
Mekanisme pengerjaannya dilakukan dengan cara, semua umat dikerahkan ke tempat kerja berdasarkan lingkungan-lingkungan. Kebetulan di Stasi Tainsala ini terdiri atas 4 lingkungan. Maka, 1 lingkungan dipercayakan membangun rumah pastoran, sedangkan 3 lingkungan yang lain diserahi tugas membangun tenda perayaan.
Menariknya, kegiatan pembangunan tersebut dihibur dengan kehadiran ibu-ibu yang turut mengambil bagian secara langsung menyekop pasir dan membuat campuran.
Menurut penuturan Engel Sengkoen, S. Ag., selaku Ketua DPS, ada tiga alasan yang menjadi dasar didirikan kedua bangunan tersebut.
“Ada tiga alasan kenapa kami membangun rumah pastoran dan tenda perayaan ini. Yang pertama, kondisi kapela kami yang sudah memprihatinkan sehingga sangat sulit untuk dipakai pada saat perayaan-perayaan besar. Yang kedua, karena jumlah umat yang semakin bertambah, sehingga tidak memungkinkan lagi untuk ditampung di dalam kapela yang begitu kecil. Yang ketiga, terkait dengan rumah pastoran, kami bangun dengan alasan karena selama ini kalau ada pelayanan pada Hari Raya Natal atau Paskah, para pastor dan suster yang datang hanya dibagikan ke rumah umat. Semestinya mereka ditempatkan di rumah pastoran biar lebih bermartabat dan segala hal yang terkait dengan persiapan untuk memimpin perayaan bisa lebih nyaman dilakukan”, ungkapnya.
Di sela-sela kegiatan, Kepala Desa Tainsala, Rofinus Manikin, S.Pd., ditanyai tentang kontribusi pemerintah desa terhadap proses pembangunan rumah pastoran dan tenda perayaan tersebut. Ia menuturkan bahwa kedua bangunan itu merupakan bagian dari Kapela Stasi yang adalah fasilitas umum. Karena itu pemerintah desa merasa perlu untuk memberikan perhatian.
“Melihat kondisi kapela dan tenda darurat yang sudah memprihatinkan ini, kami dari pemerintah desa mendukung penuh pelaksanaan pembangunan dimaksud”, tuturnya. “Bentuk dukungan yang kami berikan konkritnya dengan cara menjalin kerjasama dengan pengurus stasi dan seluruh elemen terkait di desa, untuk secara gotong-royong membangun rumah pastoran dan tenda perayaan”, jelasnya.
Ketika ditanyai tentang sumber dana dari pelaksanaan pembangunan kedua bangunan tersebut, Manikin menjelaskan bahwa pemerintah desa hanya memberikan dana stimulan. “Anggaran yang kita pakai untuk pembangunan kedua gedung ini 90% dari swadaya umat atau masyarakat, sedangkan dari pemerintah desa hanya memberikan sedikit bantuan stimulan berupa seng dan semen, khususnya untuk pembangunan rumah pastoran saja”, paparnya.
Seorang anggota umat mengungkapkan harapannya terkait kegiatan pembangunan kedua gedung tersebut. “Sekarang ini kami agak kesulitan dengan iklim. Sebagian besar dari kami hanya bekerja sebagai petani. Namun kalau tidak hujan begini, kami alami kesulitan. Tapi dua gedung ini juga penting untuk iman kami. Jadi, kalau ada pihak yang rela membantu, kami sangat berterimakasih”, ungkap Wenseslaus Saku.
Umat nampak begitu antusias mengerjakan bagian pertama proses pembangunan yakni membuat fondasi kedua bangunan tersebut hingga kelar. Suasana tawa dan canda ria menghiasi kegiatan tersebut hingga usai.