PARA anggota Unio Imam Projo Keuskupan Atambua kembali menggelar pertemuan tahunan mereka di Paroki terpencil St. Bernardus Naekake. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk Live In ini berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu (22-24/8/2016). Peserta kegiatan Unio yang berjumlah 65 orang ini tidak hanya terdiri atas para Imam saja, tetapi melibatkan para Diakon dan Frater TOP Projo KA juga.
Sebelum menuju ke tempat kegiatan, para peserta berkumpul di dua titik berbeda. Ada beberapa Imam berkumpul di Paroki Sta. Theresia Kefamenanu. Sedangkan sebagian besar Imam, diakon dan frater berkumpul di Paroki Maria Diangkat Ke Surga Eban, yang letaknya justru lebih dekat ke tempat kegiatan. Walau berbeda tempat berkumpul, berkat komunikasi yang baik akhirnya para peserta bisa dihantar bersama ke tempat kegiatan. Rombongan diantar dengan menggunakan Foreder SATPOL PP KAB. TTU dan beberapa mobil dinas milik PEMDA TTU lainnya serta kendaraan pribadi para peserta sendiri. Tepat pukul 12.30 Wita rombongan berarak dari Paroki Eban menuju Paroki St. Bernadus Naekake.
Mandi Abu
Terlihat dari pancaran wajah mereka, para imam, diakon dan frater nampaknya sungguh menikmati perjalanan menuju ke tempat kegiatan. Betapa tidak, dalam beberapa kesempatan mereka sempat berhenti di tengah perjalanan untuk melakukan pose bersama. Kondisi jalan yang terjal, berlubang, berdebu dan berbatu-batu semakin menambah kesemarakan perjalanan menuju Paroki Naekake. Perjalanan semakin menarik ketika para imam, diakon dan frater yang mengendarai sepeda motor harus “mandi abu” di sepanjang jalan. Alhasil dengan kondisi penuh debu, rombongan tiba di pastoran Paroki St. Bernardus Naekake pada pukul 15.00 Wita.
Di gerbang depan Paroki, rombongan para Imam, diakon dan frater yang berdebu itu disambut dengan antusiasme umat Naekake dalam tutur adat dan dimeriahkan dengan tarian gong. Setelah rangkaian penerimaan dibuat, para peserta kegiatan diterima oleh Pastor Paroki Naekake dan rekannya, RD. Gerardus Bani & RD. Gabriel Bouk serta para pengurus DPP. Kedua Imam tuan rumah dan para pengurus DPP mempersilahkan para peserta untuk rehat sejenak dengan makan dan minum bersama. Selanjutnya mereka dibagikan ke tiap-tiap lingkungan.
Atas dasar prinsip keadilan, metode pembagian para peserta kegiatan Unio dibuat dengan cara penarikan lotre. Fakta menarik terjadi pada saat penarikan lotre. Ketika penarikan lotre dilakukan, peserta kegiatan yang belum mendapat giliran justru diajak oleh umat untuk *tebe bersama. Kegembiraan dan tawa ria mengakrabi situasi ini.
Adapun para Imam, diakon dan frater dibagi ke 18 lingkungan, yakni : Noelelo, Kobis, Olo, Nun’ana, Tali, Oemofa, Banu, Feku, Oelfab, Oelbinose A, Oelbinose B, Oelmuke, Pusat Paroki, Kiuapa, Lasena, Kofin, Nunsena dan Oeana. Di delapanbelas lingkungan ini para imam, diakon dan frater dibagi lagi ke KUB-KUB. Disanalah mereka tinggal bersama umat dan saling berbagi kekayaan iman (katekese, dialog kehidupan & pelayanan sakramen-sakramen).
Di akhir kegiatan, selaku tuan rumah RD. Gabriel diminta memberikan pendapat tentang kegiatan Unio Imam Projo tahun 2016 kali ini. “Dengan adanya kegiatan Unio tahun ini, tentunya sangat bermanfaat bagi umat Paroki Naekake. Apalagi letak Paroki ini persis di wilayah perbatasan negara RI-RDTL”, katanya. “Secara tidak langsung kegiatan ini sangat mempengaruhi pola pikir umat dalam hal iman, pendidikan dan ekonomi”, tambahnya.
Tiga Tujuan
Pada saat yang sama RD.Theo Asa Siri selaku Ketua Unio pun diwawancarai tentang maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Unio di Paroki Naekake ini. “Maksud dan tujuan kegiatan Unio ini sebenarnya sudah dicanangkan tahun lalu di Paroki Wemasa. Ada tiga maksud/tujuan yang mau dicapai dari kegiatan ini. Pertama, agar para pastor mengenal medan pastoral yang sebenarnya, teristimewa mendengarkan keluh kesah umat yang tidak sempat mereka ungkapkan kepada pastor parokinya. Kedua, agar para Imam Projo sungguh-sungguh mendalami makna persaudaraan dengan cara mengunjungi teman-temannya yang sebenarnya jauh dari jangkauan banyak hal yang menyebabkan mereka terisolir. Ketiga, agar para Imam lebih tahu dimana mereka harus mendedikasikan hidup dan panggilan mereka”, urainya.
“Dengan kegiatan seperti ini rekan-rekan Imam bisa mengerti kenapa imam-imam yang bertugas di daerah terpencil seperti ini jarang menghadiri pertemuan-pertemuan di tingkat Keuskupan”, tambahnya.
Sementara itu Baltasar Tefa salah satu umat Allah Paroki, sedikit emosional ketika ditanyai tentang akses jalan ke paroki Naekake yang sangat memrihatinkan ini. Beliau mengharapkan agar Pemerintah kalau boleh memusatkan perhatiannya ke wilayah perbatasan ini. “Romo, kami rasa tidak enak dengan para romo karena kondisi jalan kami yang buruk seperti ini. Kami memiliki anggota dewan yang berasal dari wilayah ini, tapi kelihatannya beliau belum ada upaya untuk memperhatikan jalan kami”, ungkapnya tanpa menyebut nama anggota dewan yang dimaksudkan. “Karena itu semoga dengan kegiatan kunjungan yang para romo buat ini bisa membuat Pemerintah tergerak hati untuk perbaiki jalan kami”, harapnya. Seluruh rangkaian kegiatan Unio Imam Projo kali ini berpuncak dalam perayaan ekaristi bersama di Gua Maria Maun (Salah satu Gua Maria andalan Paroki Naekake), Rabu, 24/8/2016.
*Tebe : Salah satu tarian khas Orang Timor-NTT yang dipopulerkan oleh masyarakat Belu-Malaka