DALAM sambutannya, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji sependapat dengan Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus.
Pendapat mereka berdua secara publik disampaikan hari Sabtu pagi tanggal 26 Februari 2022.
Dengan mengatakan, masyarakat tidak bisa mengabaikan pendidikan. Artinya, kata mereka, pendidikan adalah tonggak utama dalam pembangunan mutu sumber daya masyarakat.
Pendapat itu semakin menemukan relevansinya di lapangan. Apalagi, kata mereka berdua, Provinsi Kalimantan Barat punya potensi makin besar. Terlebih setelah Ibukota RI secara resmi nantinya akan berpindah dari Jakarta di Jawa ke Nusantara di Kaltim.
Gedung baru Unika Widya Dharma Pontianak
Pendapat itu mengemuka, ketika Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus mendampingi Gubernur Kalbar Sutarmidji hadir di kampus Unika Widya Dharma (UWDP) untuk meresmikan satu unit gedung baru di kampus UWDP.
Dengan peresmian bangunan baru itu, maka kini UWDP memiliki fasilitas perkuliahan berupa bangunan yang resminya bernama Gedung Fransiskus Assisi.
Gedung Fransiskus Assisi punya 10 lantai. Biaya proyek pembangunannya makan ongkos sebesar Rp 40 milyar. Itu belum termasuk isi sarananya.
Sejarah UWDP
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Widya Dharma Policarpus Widjaja Tandra menjelaskan secuplik sejarah terbentuknya Universitas Widya Dharma Pontianak yang kini sudah berusia 39 tahun.
Semula, lembaga ini berwujud STIE (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi). Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, sudah resmi telah berubah menjadi lembaga perguruan tinggi berbentuk universitas.
Kini, UWDP semakin bersolek cantik, berkat tambahan Gedung Fransiskus Assisi yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Kalbar Sutarmidji.
Forum Pekan Pastoral II Keuskupan Agung Pontianak
Sejarah panjang awal berdirinya STIE dan kini Unika Widya Dharma Pontianak ini bermula dari sebuah forum pertemuan Pekan Pastoral II Keuskupan Agung Pontianak.
Uskup Keuskupan Agung Pontianak saat itu, Uskup Emeritus Mgr Hieronymus Bumbun OFMCap, mengimbau forum.
Agar sebaiknya Gereja Katolik Keuskupan Agung Pontianak maju berpartisipasi dalam pembangunan wilayah Provinsi Kalimantan Barat.
Imbauan tersebut bukan tanpa dasar. Apalagi Konsili Vatikan II juga telah menyerukan agar Gereja Lokal mampu menjawab tantangan zaman dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Karena itu, kata Uskup KAP waktu itu Mgr. Bumbun OFMCap Provinsi Kalimantan Barat sangat mendesak butuh banyak kader Katolik.
Mereka diharapkan mampu berkarya di panggung dunia pendidikan di wilayah Provinsi Kalbar. Waktu itu, harapan ideal itu relatif masih banyak ketinggalan.
Usai forum Pekan Pastoral II tersebut, Mgr Hieronymus Bumbun OFM mengutus Vikjen KAP saat itu- Pastor Petrus Rostandy OFMCap (almarhum)- agar mengajak sejumlah tokoh umat Katolik yang berkecimpung di panggung politik, yang bekerja di lembaga-lembaga pemerintahan, dan yang berkiprah di panggung pendidikan untuk mengadakan pertemuan lanjutan.
Dengan maksud dan tujuan, agar mereka mampu menjajaki kemungkinan bagi peluang berdirinya lembaga perguruan tinggi Katolik di Ibukota Provinsi: Pontianak.
Para peserta pertemuan menyadari akan satu hal penting. Yakni, bahwa kehadiran sebuah perguruan tinggi Katolik di ibukota provinsi itu nantinya akan mampu membantu pemerintah daerah. Utamanya mengatasi ledakan lulusan SMA yang membutuhkan saluran pembelajaran lanjutan di lembaga perguruan tinggi.
Sekaligus juga dari situ, alumnus perguruan tinggi itu nantinya akan menjadi kader pembangunan dalam masyarakat.
Mewujud nyata: mendirikan lembaga pendidikan tinggi
Gagasan ideal dan besar itu kemudian terwujud nyata.
Pada tanggal 12 November 1983, tiga orang prakarsa pendirian lembaga pendidikan tinggi datang menghadap notaris.
Ketiganya adalah:
- Pasifikus Petrus Djuman;
- Polycarpus Widjaja Tandra (Ketua Yayasan UWDP);
- Piet Andjioe Nyangun.
Mereka mewakili para peserta pertemuan datang menghadap Notaris Tommy Tjoa Kheng Liet SH. Mereka bersama bersepakat ingin mendirikan yayasan yang diberi nama Yayasan Widya Dharma dengan Akte Pendirian bernomor 111 tertanggal 12 November 1983.
Setelah mendapatkan Izin Operasional dari Kopertis Wilayah II yang waktu itu kantornya masih berlokasi di Palembang dan telah melakukan persiapan semestinya, maka masa perkuliahan pertama dimulai tanggal 1 September 1986.
Yayasan Widya Dharma saat itu belum memiliki gedung sendiri. Untuk menyelenggarakan perkuliahan, Yayasan Widya Dharma lalu meminjam dan menyewa ruangan SMA Soegijopranoto dan SMP Susteran SFIC guna bisa melangsungkan kegiatan perkuliahan. (Berlanjut)