Untuk Apa Anda Dibaptis?

0
2,787 views

Hari Biasa Pekan XXV, Injil Lukas (9:43b-45)
“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia. Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.”

Untuk kedua kalinya Yesus bernubuat tentang penderitaan-Nya. Nubuat ini, untuk mengingatkan para murid, bahwaYesus mesti menghadapi risiko penderitaan, ditolak bahkan akan dibunuh. Bagi para murid tindakan yang ditempuh-Nya ini sangat mengecewakan. Sebab mereka tidak mau, tidak rela Yesus mengalami jalan derita, jalan salib itu.

Karena mengharapkan Yesus datang untuk membebaskan mereka dari kuasa penjajah. Salib dalam hidup sehari-hari berupa: penderitaan, jerih payah, kekecewaan, sakit badan, korban perasaan, dihina, dicurigai, dicemburui, dituduh, difitnah, ditolak, disingkirkan dan dimusuhi. Tanpa salib orang belum membuktikan apa yang diberikan kepada Yesus.

Orang yang takut akan salib, tidak mengerti bahwa kehidupan ini harus diuji dengan pencobaan dan tantangan. Agar tidak mundur menghadapi salib, orang harus terus berjaga dan berdoa. Karena sikap terus berjaga dan berdoa adalah ungkapan iman, hubungan atau relasi manusia dengan Tuhan, Sang Pencipta.

Sering takut salib
Harus kita akui dalam kehidupan sehari-hari, kita sering takut memanggul salib, menanggung penderitaan. Entah itu pengorbanan, rasa sakit karena dihina, dicemooh dan dituduh melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Seperti misalnya, dituduh korupsi, selingkuh, provokasi, menebar gosip dan sebagainya. Padahal tidak jarang terjadi, hal itu semua adalah ungkapan kemunafikan orang-orang yang ingin menutupi kekurangan dalam hidupnya.

Karena dia mengalami suatu peristiwa pahit dalam hidupnya, dan dia sungguh tidak siap menerima itu, dia menjadi tergoncang, dia sesungguhnya menolak itu. Tetapi itu dia kompensasikan dengan mengutuk, mencela dan menyalahkan orang-orang yang senasib dengannya, yang tidak mau menerima salib dalam hidupnya. Seperti misalnya: ditinggal mati suami atau isterinya, atau anaknya atau orangtuanya, atau kekasihnya.

Yesus menyuruh kepada murid-murid-Nya agar: “Mendengarkan dan mencamkan” segala perkataan yang diucapkan-Nya. Apa yang diucapkan oleh Yesus pada waktu itu? Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya kepada mereka penderitaan yang akan dialami-Nya. Bahwa Ia akan disiksa, diludahi, ditampar, dipukul, ditendang, dicambuk, dipasangi mahkota duri, didera, dipaku, disalib, ditusuk tombak dan pada akhirnya Ia pun mati.

Bahkan pakaian-Nya pun dilucuti, Yesus ditelanjangi di depan umum. Yesus tidak punya lagi apa-apa pada diri-Nya, bahkan harga diri-Nya pun dirampas dari-Nya. Yesus tidak menolak, Yesus tidak memberontak dan Yesus tidak memaki atau pun menyumpahi mereka yang telah menghina diri-Nya dengan perlakuan itu semua.

Tetapi Yesus malah mendoakan mereka, Yesus mengampuni mereka dan memohonkan kepada Allah, Bapa-Nya pengampunan untuk mereka. Inilah bukti: “Kejahatan dibalas kebaikan. Air tuba dibalas air susu.” Inilah inti dari ajaran cintakasih-Nya.

Untuk apa dibaptis?
Seorang yang akan baptis, ditanya: “Untuk apa kamu minta dibaptis?” Jawabnya: “Agar saya mendapatkan keselamatan.” Benarkah dia akan “selamat” dengan dibaptis? Berapa banyak orang yang dibaptis justru susah hidupnya, disingkirkan dari pekerjaan, dikucilkan, dipersulit, tidak bebas berbuat, tidak mudah selingkuh. Pendek kata hidupnya serba dibatasi, dilarang, dilihat dan diperhatikan banyak orang.

Sepasang calon pengantin, ditanya: Apa yang kamu cari dengan perkawinanmu? Jawabnya: “Kebahagiaan.” Benarkah mereka akan bahagia? Tidak sedikit suami Katolik tidak tahan, karena harus mencintai isterinya sampai mati. Tidak boleh bercerai, tidak boleh menambah isteri.

Begitu pula isteri Katolik harus setia kepada suaminya sampai mati dan juga tidak boleh menambah suami. Mereka harus mau berkorban lahir batin, demi pasangannya dan anak-anaknya. Sanggup lelah, lapar, sakit, dihina; demi suami, isteri serta anak-anaknya. Tidak boleh mengeluh dan melawan; harus memanggul salibnya mengikut Yesus.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here