Untuk Pewartaan, Spirit Paulus Tetap Relevan

0
1,910 views

Teknologi digital saat ini merupakan bagian hidup manusia zaman sekarang. Corak kuat zaman digital sekarang ini adalah penggunaan handphone. 61 persen dari penduduk dunia mempunyai handphone. Dari para pengguna HP itu, sebagian besar menggunakan smartphone. Lewat gadget ini, semakin tinggilah akses internet. Trend penggunaan internet Indonesia saat ini adalah facebook.

Demikian disampaikan pakar teknologi informasi Rm. Dr. Cyprianus Kuntoro Adi, S.J. M.A., M.Sc dalam Lokakarya Komisi Kateketik Regio Jawa yang bertajuk “Seandainya Paulus Mewarta di Era Digital” di Villa Taman Eden 2, Kaliurang, Yogyakarta, 31 Januari – 3 Februari 2012.

Menurut Romo Kuntoro , para pengguna FB Indonesia menurut urutan banyaknya adalah usia 18-24 (: Mahasiswa); 25-34 (: Pekerja Muda); 16-17 (: SMA) dan 13-15 (: SMP). Melihat data-data yang ada, nampaklah bahwa generasi sekarang bisa disebut sebagai “Net Generation”, generasi yang akrab dengan internet.

Namun ternyata ada berbagai keprihatinan atas generasi ini. Di tengah berbagai keprihatinan yang ada, karya pewartaan harus memahami generasi ini. Karena dengan memahami generasi ini, kita akan memahami masa depan. Sebab merekalah masa depan manusia.

“Di zaman digital sekarang ini, media digital adalah saluran kreatif bagi karya pewartaan, kesaksian dan dialog Gereja. Maka, kita harus menemukan alternatif pewartaan di era digital,” ujar Romo Kuntoro.

Karenanya dalam Evangelii Nuntiandi, Yohanes Paulus II mengatakan bahwa “Gereja merasa bersalah di hadapan Allah jika tidak menggunakan mass media (: media digital) untuk mewartakan kabar gembira!”

Dalam kesempatan yang sama, ahli Kitab Suci Rm. Dr. Antonius Hari Kustono, Pr memberi masukan tentang spiritualitas, karya dan strategi pewartaan Rasul Paulus.

Menurut Romo Hari, semakin banyaknya jemaat yang berasal dari bangsa Non Yahudi membuat persekutuan jemaat Kristen semakin menyebar jauh di luar Palestina.

Paulus adalah salah satu pionir penyebaran jemaat ini. Bagi Paulus: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16). Interaksi Gereja dengan budaya helenis mendorong Gereja untuk berjuang agar warta Injil (yang berlatar belakang Yahudi) menjadi relevan bagi situasi dan kondisi baru.

Di tengah perubahan situasi budaya dan cara pikir jemaat yang dihadapi, Paulus menerapkan strategi misi yang baru. Kemudian dalam perkembangan Gereja selanjutnya, ajaran-ajaran Kristus dirumuskan kembali dan dibakukan dalam sejumlah dogma pokok.

Karena itu, spiritualitas pewartaan Paulus tetaplah relevan untuk dihidupi di zaman sekarang. Meski semangat dan karakter orang di zaman digital ini mengalami perubahan dibandingkan sebelumnya, seruan Paulus tetap terus bergema: “Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16).

Temu Karya kali ini dihadiri 66 peserta dari 7 Keuskupan-keuskupan Regio Jawa (Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Purwokerto, Malang dan Surabaya). Hadir pula dalam kesempatan itu Sekretaris Eksekutif Komisi Kateketik KWI Rm. F.X. Adi Susanto, SJ, perwakilan Lembaga-lembaga Kateketik di bawah Dikti, dan Pembimas Katolik Kantor Kementrian Agama Kanwil Propinsi DIY. 

Foto-foto : Panitia Komkat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here