Menjaga Tanah Air yang Suci
Belajar merdeka dari air yang memberikan kehidupan bagi semua makhluk di muka bumi menjadi percikan refleksi bagi anak-anak Republik Anak Kenalan (RAK) Borobudur Magelang dalam upacara pengibaran bendera peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, di dusun Durensawit Banjaroya, Kalibawang Kulon Progo Yogyakarta (17/8). Hal ini disampaikan oleh Martina Wening Ratri (11) siswa kelas VI SD Kanisius Kenalan dalam pidatonya selaku inspektur upacara.
Di hadapan 65 temannya dari kelas I – VI dan para pendamping selaku peserta upacara, ia mengingatkan kegunaan air bagi makhluk hidup dan tumbuhan. Air itu sangat penting bagi kita manusia. Ia memberikan dirinya secara merdeka untuk kehidupan kita. Berkat air, kita hidup dan menjadi merdeka. Kita harus bersyukur karenanya.
Pidato presiden RAK itu diamini oleh semua peserta upacara yang berpakaian sederhana ala pejuang desa. Di kiri kanan sumber mata air Winong, mereka guyub berkumpul mengikuti upacara secara hikmat disaksikan alam hijau di sekitarnya.
Tradisi Tilik Belik
Sejak lima tahun lalu, anak-anak RAK melakukan kegiatan pembelajaran Tilik Belik (Sumber mata air) di lingkungan sekitar sekolah. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan Maret untuk memperingati Hari Air Sedunia. Kadang kala kegiatan ini juga dilakukan di akhir musim kemarau sekitar bulan Oktober. Sudah Sembilan titik sumber mata air dari empat daerah aliran sungai yang dikunjungi. Di setiap titiknya, anak-anak melakukan pengamatan tentang air, tanah, fauna, flora di sekitarnya. Data yang dicatatnya menjadi bahan belajar sekembali ke sekolah.
Kegiatan pembelajaran kontekstual ini dilatarbelakangi oleh situasi minimnya air untuk kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat di perbukitan Menoreh. Sumber-sumber mata air di lereng perbukitan adalah satu-satunya sumber air bagi keberlangsungan kehidupan. Ada kalanya sumber air menjadi kering pada saat kemarau panjang.
Maka, Tilik Belik menjadi kesempatan bagi anak-anak untuk mengenali sumber air dan menumbuhkan rasa kepedulian untuk melestarikan sumber-sumber mata air tersebut. Mulai dari mengukur debit aliran air, memperhatikan kebersihan tempat, tumbuhan penyangga air, hingga mendoakannya.
Harapannya, sumber air yang ada tetap abadi menngalir dan menghidupi warga di sekitarnya, dan tetumbuhan yang juga menjadi penghasilan bagi para warga petani.
Upacara ala RAK
Anak-anak petani ladang di SD Kanisius Kenalan yang tergabung dalam Republik Anak Kenalan ini berpakaian ala pejuang. Seorang guru pendamping berdandan Pangeran Diponegoro. Ia menjadi pemimpin pasukan meski tanpa menunggang kuda. Agar lebih semarak, beberapa anak membawa alat musik barang bekas untuk dibunyikan dalam perjalanan menuju lokasi belik Winong. Sepanjang 2 km anak-anak menyusurinya dengan gairah. 30 menit lamanya untuk menempuh perjalanan hingga lokasi dengan berjalan kaki.
Tiba di lokasi, mereka menyiapkan perlengkapan upacara ala kadarnya. Sebatang bambu kering di pinggir sungai diambil dan ditancapkan di depan belik sebagai tiang bendera. Sebagian anak membersihkan belik yang tampak berlumut.
Anak-anak berdiri rapi siap mengikuti upacara kemerdekaan. Para petugas siap dengan perannya. Lagu Indonesia raya dinyanyikan secara komplit tiga stanz. Beberapa lagu khas RAK seperti Semangat Juang, Anak-Anak Kenalan juga dinyanyikan untuk memeriahkan upacara sederhana di alam terbuka.
Belik yang sudah dibuat permanen ini oleh warga setempat dipilih sebagai lokasi upacara karena belum pernah dikunjungi anak-anak RAK sebagai objek atau sumber belajar.
Bertepatan dengan peringatan kemerdekaan RI yang ke-72 tahun ini, RAK juga berulang tahun yang ke-10. Momen ini dimanfaatkan untuk memberikan perhatian pada alam Indonesia yang hijau. Khususnya tanah dan air. Tanah dan air yang suci harus dipelihara dan dirawat keberadaannya bagi kehidupan. Apa lagi, bangsa Indonesia mempunyai tekat untuk berjanji menjaga Indonesia abadi. Slamatlah tanahnya, putranya, pulaunya, lautnya, semuanya seperti yang tertulis dalam bait ke-3 lagu Indonesia Raya.
Usai upacara di tengah alam perbukitan ini, para peserta menyantap bekal makan pangan lokal yang mereka bawa dari rumah. Sebelum meninggalkan belik Winong, para peserta upacara menyempatkan diri untuk membasuh muka dengan air belik itu seraya membangun niat untuk tercapainya cita-cita hidup.