“Setelah perayaan nikah Tobia dan Sara selesai, Tobit memanggil anaknya Tobia dan berkata, ‘Anakku, jangan lupa memberikan upah kepada orang yang mengantar engkau. Dan ingatlah untuk menambah upahnya!’” (Tobit 12,1)
HARI-HARI ini saya sudah mendapatkan banyak meme THR dalam group WA. Menjelang datangnya hari raya, banyak orang mengharapkan hal ini, entah pegawai negeri, karyawan swasta, buruh dan tenaga kerja lain. Bahkan orang yang tidak punya pekerjaan pun mulai mendatangi toko-toko dan terang-terangan minta THR.
Orang yang bekerja biasanya sudah mendapatkan upah, sesuai dengan kesepakan yang ada atau ketentuan lain dari daerah setempat. Banyak lembaga atau instansi juga menetapkan sistem pengupahan bagi karyawannya, entah berdasar tingkat pendidikan, lama kerja, serta hal lainnya. Karyawan atau pegawai umumnya mendapatkan gaji pokok, sebagai upah kerjanya.
Namun, mereka juga sering mendapatkan tambahan upah atau tunjangan lain berdasar jabatan, fungsi, prestasi atau hal lainnya.
Orang mendapatkan upah karena telah melakukan pekerjaan tertentu. Bisa juga terjadi bahwa orang mau bekerja untuk mendapatkan upah. Mereka mendapatkan upah yang pantas dan layak berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang ada. Mereka juga mendapatkan tunjangan atau tambahan upah berdasar sistem yang ada.
Namun ada juga orang yang mendapatkan tambahan upah karena sifat murah hati dari pimpinan, tuan atau juragan. Mereka puas melihat kinerja para pegawainya dan mempunyai dana lebih dari cukup. Mereka tidak egois, tetapi juga ingin menghargai para pegawai; ingin mengungkapkan rasa terimakasih dan sekaligus menyenangkan pegawainya.
Semangat untuk mendapatkan upah sering tidak hanya terbatas dalam diri pegawai atau karyawan; tetapi juga bisa mempengaruhi hidup para pelayan sabda dan pewarta kabar gembira. Orang-orang yang semula memutuskan diri untuk hidup sebagai pelayan Tuhan dan Gereja pun sering tergoda untuk mendapatkan upah, seperti pegawai lain.
Sebuah komunitas umat beriman mulai risih dan tidak nyaman, ketika pelayannya sering mengucapkan, “Wah, kerja bakti lagi!” Kata-kata yang diucapkan setelah melayani sabda, tanpa mendapatkan stips.
Pribadi macam apa diriku ini: bekerja atau melayani untuk mendapat upah; bekerja dan melayani dengan tulus tanpa upah; tuan yang egois dan pelit atau tuan yang murah hati bagi karyawan? Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)