Selasa, 7 September 2021
Kol.2:6-15.
Mzm. 145:1-2.8-9.10-11 Luk.6:12-19
MEMBUAT keputusan dengan tepat dan bijaksana. Setiap kali kita dihadapkan pada pilihan yang sangat penting, kita perlu kekuatan yang bisa memandu dan mengarahkan pikiran, hati dan perasaan untuk bisa memilih dengan tepat.
Dalam doa dan hati yang bening, kita akan bisa menemukan pilihan yang tepat.
“Saya sungguh terdesak, ketika saya diminta memutuskan apakah saya mau menikah atau membatalkan pernikahan,” kata seorang gadis.
“Keluarga sudah terbuka dan menerima calonku. Namun, hanya bapak yang masih meragukan kesungguhan calonku,” lanjutnya.
“Bahkan keluarganya sangat setuju. Juga telah menyiapkan acara lamaran,” ujarnya.
“Namun saya masih merasa ragu. Karena ada sesuatu yang membuatku tidak sreg. Hanya saja sulit sekali saya jelaskan kepada keluargaku. Khususnya orangtuaku dan calon suamiku,” ujarnya lagi.
“Calonku orang baik, pekerja keras, tetapi sangat tertutup. Dan selama kami jalan bersama, terasa sulit sekali berkomunikasi dengan rileks dan lancar. Ia tidak bisa diajak diskusi,” katanya.
“Saya sudah berusaha menerimanya dan memahaminya. Namun dalam keheninganku, muncul perasaan yang sulit saya hadapi. Rasanya terlalu berat, jika harus hidup selamanya dengan orang yang sulit berkomunikasi,” sambungnya.
“Akhirnya saya konsultasi dengan pastor paroki. Ia anjurkan saya mengambil waktu hening. Untuk memikirkan dan merenungkan dalam sebuah rekoleksi atau retret. Supaya bisa membawa keraguan yang saya rasakan di hadapan Tuhan dalam keheningan,” kenangnya.
“Saya pun mengajak calonku untuk bersama-sama mengambil waktu, tetapi dia menolak. Karena menurutnya, keraguan itu masalahku. Bukan masalahnya,” sambungnya.
“Akhirnya saya ambil retret pribadi terpimpin selama tiga hari di salah satu rumah retret,” ujarnya.
“Setelah retret, saya dengan bebas dan mantap memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kami ke tahap pernikahan,” katanya.
“Keputusan itu tentu mengagetkan semua, termasuk calonku. Namun saya sudah sangat mantap dengan keputusan mengakhiri hubungan kami,” katanya.
“Keheningan membantuku melihat yang selama ini samar. Sehingga dengan bebas saya bisa membuat keputusan yang penting dalam hidupku,” lanjutnya.
Dalam Injil hari ini, Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.
Yesus mencari tempat khusus, sepi, jauh dari keramaian. Ia pergi ke bukit.
Yesus berdoa semalaman agar dapat memilih rasul-Nya menurut kehendak Bapa.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku juga mau melibatkan Tuhan dalam keputusan penting hidupku?
Bagaimana caranya saya bisa melibatkan Tuhan dalam keputusan hidupku?
Renungan yang indah dan mencerahkan. Sayang tidak bisa dibagikan ke teman-teman di whatsapp. Ada tautannya?
tautannya tinggal copy saja alamat URL tersebut:
tinggal setiap kali mau berbagi — copas alamat URL seperti ini:
https://www.sesawi.net/usai-retret-lalu-berani-katakan-tidak/