Usai Tahbisan, Imam Baru Kalbar ini Jadi Misionaris ke Zambia, Afrika Barat

0
2,604 views

PAROKI Bunda Maria di Jeruju, Pontianak Barat, Kalimantan Barat, telah menghelat sebuah acara besar pada Minggu (10/1/16) lalu. Di paroki ini, Uskup Agung Keuskupan Pontianak, Mgr Agustinus Agus menahbiskan seorang imam baru, yakni Antonius Doni SVD.

Kongregrasi Serikat Sabda Allah (SVD) Distrik Kalimantan yang mengelola paroki itu berada di bawah SVD Provinsi Jawa. Provinsial SVD Provinsi Jawa Pastor Joseph Jaga Dawan SVD mengajak segenap umat untuk bergembira dan bersyukur karena pentahbisan ini merupakan Kuasa dan Karya Allah yang Maha Agung.

“Pater Antonius Doni memang ditahbiskan di tempat ini (Pontianak). Tapi kerjanya nanti bukan di sini. General Kongregrasi kami di Roma telah memutuskan, Pater Antonius Doni akan diutus sebagai missionaris ke Zambia, Afrika,” kata Pastor Joseph.

Dia menambahkan, pengutusan ini merupakan kebanggaan bagi kongregrasi SVD, Keuskupan Agung Pontianak sendiri, dan segenap umat, karena gereja lokal telah mengirim putra terbaiknya sebagai misionaris ke Benua Afrika.

Diiringi dengan tarian Dayak, diantar keluarga menuju pintu utama Gereja, di mana Bapa Uskup dan Para Imam dan umat telah menanti untuk acara pentahbisan. ( Severianus Endi)

Sekitar 3.000 umat yang berasal dari berbagai paroki memenuhi suasana sukacita itu. Ini merupakan kali kedua pentahbisan imam di tempat itu, sejak Paroki Bunda Maria Jeruju berdiri pada 2007.

Antonius Doni, kelahiran Simpang Dua, 2 Mei 1987, di sebuah desa kecil di pedalaman Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Dia merupakan putra pertama dari Stanis Ola dan (alm) Maria Magdalena Akon. Kemudian dia hijrah ke Pontianak untuk bersekolah dan menjadi warga Paroki Bunda Maria Jeruju, yang sebelumnya masih berupa stasi yang berada di bawah Paroki Katedral St Yosep.

Foto 1(1)
Diakon Antonius Doni (jubah putih) diiringi keluarga, disambut dengan ritual Dayak di depan Gereja Paroki Bunda Maria, Jeruju, Pontianak Barat, Kalimantan Barat, sebelum dimulainya pentahbisan, Minggu (10/1/16) (Severianus Endi)

Dalam tahbisan itu, sang ayah, Stanis Ola, terlihat begitu terharu. Sang istri telah menghadap Ilahi pada tahun 2008. Stanis Ola merupakan guru asal Nusa Tenggara Timur yang sejak awal bertugas di pedalaman Kabupaten Ketapang. Sementara istrinya, Maria Magdalena Akon merupakan orang Dayak dari Desa Simpang Dua, tempat yang menjadi tanah kelahiran Pastor Antonius Doni.

Foto 2(1)
Diiringi dengan tarian Dayak, diantar keluarga menuju pintu utama Gereja, di mana Bapa Uskup dan Para Imam dan umat telah menanti untuk acara pentahbisan. (Severianus Endi)

Atas tahbisannya, Antonius Doni mengaku tidak bisa melukiskan kegembiraan dan rasa syukurnya dengan kata-kata yang indah, namun yakin bahwa Tuhan telah mengetahui segalanya. Dia mengingat jasa kedua orangtuanya dan para guru, serta kini di hari tahbisannya, para umat dan segenap donatur yang telah rela mendukung kegiatan itu. Motto tahbisannya adalah “Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah” (Mzm 16: 8).

Foto 3(1)
Bapa Uskup mengenakan alba untuk Pastor Antonius Doni SVD yang baru ditahbiskan. (Severianus Endi)

Jangan lupa Tuhan

“Saya hanya bisa berdoa untuk Anda semua. Sesuai motto tahbisan saya, yang diambil dari segenap pengalaman, bahwa hidup selalu ada suka dan ada duka. Kalau ingat Tuhan, saya tidak goyah. Kalau saya lupa Tuhan, saya goyah. Saya berharap semangat ini tidak padam. Semoga tahbisan ini bukan akhir, melainkan awal,” kata Antonius Doni.

Uskup Agung Pontianak, Mgr Agustinus Agus, mengatakan, untuk menjadi pastor tidaklah mudah. Meski begitu, herannya banyak umat yang mengatakan, alangkah enaknya menjadi pastor.

Pastor Antonius Doni SVD memberikan komuni pertama kalinya untuk sang ayah, Stanis Ola. (Severianus Endi)

“Kalau orang bilang, jadi pastor itu enak, tapi kok sedikit yang mau? Kadangkala wajar kalau seorang pastor mengalami kelemahan. Di sini penting peran pimpinan untuk membantu mengarahkan dia,” ujar Mgr Agus.

Uskup juga berpesan, agar keluarga-keluarga Katolik senantiasa mendukung tumbuhnya bibit panggilan. Di antaranya dengan mencoba mengarahkan anak-anak yang berminat untuk menjawab panggilan ini.

“Umat juga harus mau memperhatikan para pastor. Jangan hanya maunya mengkritik, tetapi sesekali kalau memang layak, berikanlah pujian atas pekerjaannya, agar dia tetap bersemangat,” kata Mgr Agus. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here