SESAWI.net – Asmat, Setelah gelombang ketiga penanganan campak dan gizi buruk dijalankan Tim Keuskupan Agats pada 19 hingga 26 Februari 2018, maka Rabu, 28 Februari semua pastor paroki, pelayan di komisi, relawan dan mitra berkumpul untuk melakukan evaluasi.
Koordinator Tanggap Campak dan Gizi Buruk Keuskupan Agats Romo Hendrik Hada Pr dalam presentasi awal menjelaskan tentang keadaan terkini di paroki. “Laporan Tim wilayah Distrik Pulau Tiga dan Jetsy menunjukan bahwa pelayanan yang diberikan memberikan dampak positif terhadap kesehatan umat,”ujar Hendrik.
Hingga kini, dari data yang dilansir Tim Keuskupan Agats Asmat tercatat 74 anak meninggal akibat campak setelah 4 bayi baru meninggal di Kapi pada pekan 2-3 Februari 2018.
“Saya tidak meragukan data tersebut karena sejak Desember 2017 sampai Akhir Februari 2018 ini di wilayah kami tidak ada tim KLB Campak yang datang ke kampung khususnya Kampung Kayirin, Santambor, Yaptambor, Simsagar dan Itarsok,”ungkap Romo Sipri Lana Koten Pr, Pastor Paroki Roh Kudus Bayun di Wilayah Pantai Asmat.
“Ketika saya merayakan Natal 25 Desember lalu di Kampung Simsagar dan Itarsok ada 11 anak yang meninggal pada hari itu malah hari-hari sebelumnya juga sudah terjadi kematian,”ujar Pastor Sipri.
Dalam kesempatan evaluasi ini, para pelayan pastoral Keuskupan Agats juga melakukan rencana tindak lanjut.
Uskup Keuskupan Agats Mgr. Aloy Murwito mengatakan bahwa pelayanan yang dilakukan rekan-rekan punya dampak positif. “Bapa Uskup baru saja mengunjungi Stasi Kapi dan As-Atat (23-25 Februari) dan ternyata anak-anak semakin sehat setelah proses pemulihan ini. Saya melihat relawan lokal yang dilatih tim sudah siap menyiapkan makanan dan memberi obat kepada pasien,”ujar Mgr Alo, begitu biasa bapa uskup disapa.
Karena itu, Uskup minta tim mulai merencanakan masuk ke paroki lain yang belum tersentuh pelayanan seperti wilayah Yaosakor dan Pantai Kasuari. “Ada cita-cita bahwa dalam proses jangka panjang ini kita bersama membuat kampung sehat dengan 4 kampung dampingan awal sebagai kampung percontohan,”kata Mgr Alo kepada 45 peserta evaluasi.
Dari evaluasi, muncul usulan untuk mengadakan pelayanan medis terpadu bersama tenaga medis kabupaten di wilayah seperti Kuasi Kamur dan Suator yang jaraknya cukup jauh dari keuskupan.
“Saya memahami bahwa banyak program kerja paroki dan komisi yang akhirnya ditunda malah dibatalkan karena pelayanan campak ini tetapi saya minta saudara-saudari tetap semangat melayani umat kita yang sedang mengalami sakit dan segera membutuhkan pelayanan kita,”ujar Mgr. Alo