Minggu, 19 Mei 2024
Kis. 2:1-11;
Mzm. 104:1ab,24ac,29bc,-30,31,34; Gal. 5:16-25;
Yoh. 15:26-27; 16:12-15
HARI ini, kita merayakan Hari Raya Pentakosta, peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul. Peristiwa ini dirayakan sebagai kelahiran Gereja.
Gereja ada untuk membawa semua orang pada keselamatan. Sebab, Allah menghendaki semua orang selamat dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kita merasa dekat dan merasa senang, ketika ada orang asing bisa berkomunikasi dengan bahasa kita. Apalagi jika orang asing itu bicara tidak sekadar bahasa Indonesia baku, tapi ketika dia fasih bahasa gaul dan akrab di telinga kita.
Rasa heran itu kadang bercampur kagum, sebab bukan hal mudah mempelajari bahasa lain. Terlebih jika kita tahu bahwa tidak ada penutur bahasa Indonesia di tempat asal mereka.
Barangkali ini yang dirasakan masyarakat waktu para rasul mengajar dan ajaran tersebut bisa dipahami dengan bahasa setempat. Roh Kudus-lah yang membuat semua itu mungkin. Hal ini semakin membuat kita terpesona jika kita ingat bahwa waktu itu, para rasul langsung bisa berbahasa yang dimenngerti oleh orang lain yang tidak sama bahasa dengan para rasul.
Karya Roh Kudus itu masih berlangsung sampai sekarang. Menuntun dan membimbing kita untuk bersaksi di tengah-tengah umat yang berbeda-beda bahasanya.
“Saya bersyukur karena pernah menjadi rekan kerja seorang misionaris dari Negeri Belanda,” kata seorang sahabat.
“Hal yang menarik darinya adalah bagaimana dia teliti dan daya ingatnya luar biasa khususnya dalam mengingat nama-nama umat serta fasih berbasa Indonesia bahkan salah satu suku tempat kami melayani.
Maka tidak mengherankan bahwa dia sangat terkenal di antara umat dan umat selalu merasa disapa, ketika namanya disebut oleh sahabat saya itu. Ada rasa bahagia di wajah umat manakala bicara dengan sahabat saya itu, karena mereka merasa dikenal secara pribadi.
Bahasa menjadi kunci dalam memberi kesaksian akan Allah yang baik hati kepada kita manusia. Kebaikan Allah harus dimengerti oleh seluruh umat, maka pewartaan dengan narasi yang jelas sangat diharapkan selain perilaku hidup yang baik dan benar,” ujar sahabatku itu.
Dalam bacaan Injil yang kita dengar hari ini, berkata demikian,” Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Roh Kebenaran datang, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.”
Pengalaman Pentakosta yang dialami sekitar 2000 tahun yang lalu, bukanlah pengalaman para murid semata. Pengalaman itu dapat kita rasakan dengan terus memohon Roh Kudus membantu kita dalam hidup harian. Roh Kudus mampu menyadarkan kita akan banyak hal yang terjadi dan perlu dilakukan.
Roh Kudus itu bukan sekedar penghibur, tetapi berperan menjadi pembela, sehingga kita semua mendapat kekuatan untuk memperjuangkan apa yang benar dan bernilai di hadirat Allah.
Sebagaimana Roh Kudus dicurahkan kepada para rasul, maka kita yakin pula bahwa Yesus juga akan mencurahi kita Roh Kudus kepada kita untuk menuntun dan menyertai kita dalam pewartaan Kabar Sukacita.
Bagaiamana dengan diriku?
Apakah aku bisa menjadi berkat bagi orang lain setelah menerima Roh Kudus di dalam hidupku?