Venerabilis Antonietta Meo: Teladan Berpikir dan Berperilaku Selama Pandemi

1
711 views
Antonietta Meo (Ist).

SARS-CoV-2 merupakan jenis virus yang menyebabkan infeksi Covid-19. Virus ini menyerang sistem pernapasan manusia yang dapat memberikan dampak berupa sulit bernapas bahkan kematian.

Kehadiran virus SARS-CoV-2 telah memberikan kejutan kepada seluruh negara di dunia pada akhir tahun 2019 yang menyebabkan pandemi Covid-19.

Pandemi ini merupakan tantangan terbesar dan tersulit yang harus dihadapi oleh semua negara; termasuk Indonesia karena mempertaruhkan banyak hal, seperti tenaga, uang, dan nyawa.

Selain itu, pandemi Covid-19 memberi dampak terhadap seluruh bidang kehidupan seperti bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan kesehatan.

Tenaga kesehatan termasuk tenaga medis merupakan garda terdepan dalam menangani kasus Covid-19 banyak berkorban demi kepentingan bersama. Bahkan, banyak tenaga medis, tenaga kesehatan masyarakat, dan relawan yang meninggal dunia setelah terpapar virus tersebut.

Penderita Covid-19 masih bertambah jumlahnya hingga sekarang. Hal tersebut disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang makna di balik adanya pandemi Covid-19.

Sebagian besar masyarakat akan berkata bahwa pandemi Covid-19 merupakan sebuah bencana.

Teladan dari Antonietta Meo

Hal tersebut terjadi karena mereka hanya menggunakan satu “kacamata” saat memandang suatu masalah. Oleh karena itu, sebagai umat beragama Katolik yang dikaruniai akal budi harus dapat memandang berbagai masalah terutama pandemi Covid-19 dari banyak sudut pandang, seperti Venerabilis Antonietta Meo.

Ia adalah teladan bagi orang-orang di sekitarnya sejak muda. Akal budi dan hati nurani yang diberikan Allah Bapa digunakan sebaik mungkin olehnya agar dapat menjadi berkat bagi sesama.

Hal ini juga mendorong Tuhan untuk terlibat dalam setiap permasalahan hidupnya.

Antonietta Meo sering disapa Nennolina. Ia lahir pada tanggal 15 Desember 1930 di Roma. Nennolina didiagnosis menderita penyakit osteosarcoma pada usia lima tahun.

Penyakit ini adalahjenis kanker tulang yang agresif sehingga Nennolina harus merelakan kakinya untuk diamputasi. Ia menghadapi cobaan hidup ini dengan tetap tegar, semangat, dan ceria.

Nennolina menunjukkan sikap tersebut karena beliau mampu memandang penderitaan dari sudut pandang yang lain.

Nennolina memberi teladan bahwa sakit dan penderitaan tidak boleh dijadikan beban, melainkan dijadikan sebagai sebuah sarana pertobatan bagi diri sendiri dan orang lain.

Maka dari itu, kita sebagai manusia berdosa harus dapat memperbaiki diri dan menjalin kasih dengan sesama, meskipun di situasi darurat seperti saat ini.

Misericordia et Misera

Dokumen Gereja Misericordia et Misera juga mengajari kita sebagai umat Katolik harus menunjukkan belas kasih, pengampunan, dan keadilan satu sama lain tanpa memandang kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuatnya.

Dokumen tersebut juga didukung oleh 1Korintus 13: 4-5 yang berisi: “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak mencari yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.”

Pandemi Covid-19 menuntut kita untuk bekerja sama guna mengusir atau menjinakkan virus SARS-CoV-2 layaknya yang difirmankan dalam Galatia 6:2: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”

Tidak hanya tenaga kesehatan saja yang dapat menolong sesama saat pandemi Covid-19, tetapi juga kita sebagai pribadi yang berakal budi dapat melakukannya.

Kita dapat menjadi seorang pahlawan bagi sesama kita dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

Prinsip 3M

Protokol kesehatan itu diciptakan untuk menekan angka kasus infeksi Covid-19. Salah satu bentuk protokol kesehatan yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari hari adalah 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak).

Masyarakat Indonesia harus disiplin dalam menerapkan upaya 3M yang memiliki tingkat efektivitas yang tinggi mengingat masih banyak orang yang mengabaikan protokol kesehatan ini.

Selain menjadi seorang pahlawan bagi sesama, kita juga harus dapat menjadi penyalur kabar sukacita Allah dengan semangat dan keceriaan yang ada di dalam pribadi Nennolina.

Banyak orang di sekitar kita yang membutuhkan kabar sukacita dari Allah melalui perantaraan kita selama pandemi Covid-19.

Kita sebagai bagian anggota Gereja Katolik sekaligus masyarakat Indonesia dapat menyebarkan kabar sukacita melalui memberikan donasi secara online atau offline, bersama-sama melakukan bakti sosial bagi-bagi sembako di panti asuhan, menyumbangkan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis, membuat video dan poster di media sosial mengenai kabar sukacita dari Allah, menjadi relawan, mengadakan seminar daring, melakukan Focus Group Discussion (FGD), dan tindakan positif lainnya.

Di samping perbuatan baik, kita tidak boleh melupakan relasi dengan Allah Bapa di surga.

Oleh karena itu, kita juga harus menjalin relasi baik dan selalu mengucap syukur kepada-Nya baik secara lisan maupun tulisan.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here