KALAU sudah telanjur tiba di Da Nang, Central Vietnam, jangan sampai melupakan Hoi Ann. Da Nang dulunya adalah pusat pangkalan militer AS terbesar di Vietnam saat masih berkecamuk Perang Vietnam (1966-1975). Da Nang bisa ditempuh dengan dua cara. Naik pesawat AirAsia non stop dari Kuala Lumpur dan langsung mendarat di Da Nang.
Saya memilih opsi lain. Saya naik sleeping bus dari kota pesisir Na Thrang dan menempuh perjalanan menyenangkan kurang lebih selama 10 jam. Tiba di Da Nang, ketika matahari baru saja menampakkan sinarnya kira-kira pukul 08.00. Perjalanan dari terminal bus AKAP di Na Thrang dimulai pada pukul 21.00 waktu setempat malam hari sebelumnya.
Dari Da Nang, saya naik bus kota –semacam metromini di Jakarta—menuju Hoi Ann. Tiketnya sebesar 50 ribu dong (kira-kira Rp 75 ribu) untuk 3 orang penumpang. Jarak tempuh makan waktu kurang lebih 45-60 menit. Di kalangan para turis asing, Hoi Ann dikenal sebagai Kawasan Kota Tua di Central Vietnam.
The Japanese Bridge
Hoi Ann bagi saya ibarat ornamen warisan budaya peninggalan tradisi campuran China, Vietnam, dan Jepang. Menurut penduduk lokal, dulunya Jepang memang pernah berkuasa agak lama di Hoi Ann. Terbukti masih ada bangunan jembatan kayu kuno yang dikenal dengan sebutan The Japanese Bridge.
Jembatan Jepang ini hanya berdiri atas sebuah lorong sungai. Itu pun hanya semacam got besar yang membelah sebuah perkampungan. Yang menarik di Jembatan Jepang ini tentu saja artefak-artefak budaya seperti prasasti berbahasa Cina, jendela-jendela kayu bercorak arsitektur Cina, dan ‘geladak’ jembatan yang terdiri dari balok-balok kayu ukuran besar.
Sekilas, melewati Jembatan Jepang ini serasa seperti menaiki geladak sebuah kapal.
Kota kuno
Suasana serba kuno memang menjadi jualan paling laris di Hoi Ann. Bangunan-bangunan kuno tetap berdiri megah di kawasan tak jauh dari The Japanese Brigde. Beberapa orang lokal memanfaatkan bangunan kuno atau rumah miliknya menjadi took atau semacam museum mini dimana benda-benda budaya bernilai artistik dipajang dan dijual bebas.
Sebagian lagi memanfaatkannya menjadi semacam toko suvenir yang menjual barang-barang kenangan seperti sleyer, scarf, patung, dan lukisan. Justru karena suasana serba kuno inilah, Hoi Ann menjadi kota tujuan wisata paling populer di sekitar Da Nang di Central Vietnam.
Apalagi Hoi Ann juga menyediakan jasa layanan persewaan sepeda, motor, dan mobil.
Akomodasi di hotel atau motel berkisar antara 250-350 ribu dong/sehari. Hoi Ann juga menyediakan hotel bintang empat sedikit di luaran Kawasan Kota Tua.
Bagi yang suka jalan, tak perlu sewa taksi dari terminal bus menuju Kawasan Kota Tua ini. Dari lokasi terminal yang boleh dibilang sangat sederhana ini, kita bisa berjalan kaki kurang 20 menit saja.
Usai menjelajahi Kota Tua di Hoi Ann, saya memutuskan kembali ke Da Nang. Lagi-lagi naik bus kota metro mini dengan ongkos 50 ribu dong untuk tiga orang penumpang anggota rombongan saya. Kali ini, mata saya dimanjakan oleh banyaknya pot-pot di pekarangan rumah penduduk dimana tumbuh subur pohon jeruk santan atau Mandarin menurut omongan orang setempat. (Bersambung)