SABTU, 30 Maret 2913, 18.00-20.15 di Gereja Katedral Randusari, Semarang.
Para Romo, Suster, Bruder, Ibu Bapak, Saudari-saudaraku yang terkasih dalam Tuhan, selamat malam dan Berkah Dalem. Apa kabar? Siapa yang pertama kali masuk gereja ini? Pada jam berapa? (Ada yang tunjuk jari, dan mengatakan bahwa pada jam 15.00 masuk Gereja Katedral Randusari Semarang.)! Sudah tiga jam ada yang menantikan perayaan Paska malam ini. Terimakasih. Selamat Paska!
Terimakasih atas antusiasme umat untuk merayakan Paska kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus pada malam hari ini. Terimakasih kepada para Rama serta Panitia Paska, pada paduan suara yang mempersiapkan semua sebaik-baiknya, karena kita sadar betul bahwa Paska merupakan peristiwa begitu penting dalam kehidupan iman kita.
Telah kita persiapkan diri kita merayakan Paska ini dengan masa Prapaska. Masa itu kita awali dengan Surat Gembala Prapaska 2013. Saya mengajak Anda semua untuk “Bertolak ke tempat yang dalam, mengemban perutusan dan berbuah”. Dan selama masa Prapaska kita bersama-sama mendalami tema : “SEMAKIN BERIMAN DENGAN BEKERJA KERAS DAN MENGHAYATI MISTERI SALIB TUHAN” Dengan pendalaman itu kita berkehendak untuk meneruskan karya penciptaan Allah, melestarikan keutuhan ciptaan-Nya.
Malam ini adalah vigili Paska. Kita jadikan kesempatan untuk tirakatan, mengenang sejarah karya Tuhan sepanjang kehidupan manusia. Sepanjang kehidupannya pula manusia berupaya untuk menemukan makna hidupnya. Terinspirasi dari bacaan-bacaan liturgi vigili Paska untuk menemukan makna hidup ada bahan-bahan berlimpah bagi kita.
1. Pertama: alam semesta ini, yang dijadikan oleh Sang Pencipta. Dalam hati setiap orang ditanamkan kesadaran religiositas yang mengantarnya pada kesadaran, bahwa segala yang ada ini ada asal usulnya dan ada tujuan akhirnya. Dengan berbagai nama manusia menyeebut Sang Pencipta itu “Sang Murbeng Rat”, “Sangkan Paraning Dumadi”, dll. Refleksi mengenai alam semesta ini berkembang semakin kaya dalam pengalaman rohani berbagai agama Hindu, Buddhisme, Konfucianisme, dll.
Kejadian alam semesta itulah yang kita dengarkan pada bacaan Kitab Kejadian, yang sebenarya bisa kita baca sampai bab 11. Segala yang diciptakan Tuhan baik adanya, dan bahkan ketika manusia, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya, diciptakan-Nya sungguh amat baik. Sayang sekali, karena dosa manusia yang baik itu dirusak oleh manusia. Meskipun demikian, Allah tetap mencintai ciptaan-Nya. Ia tanamkan benih pengharapan dalam hati manusia, bahwa Allah tetap menyelamatkan manusia. Ada benih kabar sukacita dalam alam semesta ini, ada proto-evangelium.
2. Kedua: sejarah umat Israel yang dimulai dari panggilan Tuhan kepada Abraham, yang dikisahkan mulai Kejadian 12. Pada iman Abraham ini mengacu iman umat beragama Yahudi, Kristiani dan Islam. Dari bacaan liturgi vigili Paska kita diajak bersyukur atas karya agung Allah yang membebaskan umat Israel dan penindasan Mesir, dengan menyeberangi laut Merah secara mengagumkan. Sejarah keselamatan itu adalah sejarah kesetiaan Allah yang ditanggapi oleh ketidaksetiaan umat-Nya. Karena ketidaksetiaan umat perjanjian antara Allah dengan umat dipatahkan. Namun demikian kesetiaan Allah tetap teguh, bahkan oleh Allah perjanjian itu diperbarui, dengan pandangan yang kuat, bahwa meskipun dosa manusia merah seperti darah, namun belaskasih Allah tetap selama-lamanya.
3. Ketiga: peristiwa Yesus Kristus, yang kebangkitan-Nya kita rayakan pada malam hari ini. Karya Allah membangkitkan Yesus dari alam maut meneguhkan diri Yesus sebagai orang benar. Meskipun dibunuh Ia tetap hidup.
Keistimewaan Yesus telah diakui, ketika Ia menderita dan akhirnya mati di kayu salib. Pengakuan itu bukan keluar dari mulut para murid-Nya, tetapi dari mulut seorang yang bukan murid-Nya, yaitu kepala pasukan Romawi yang menjagai Yesus. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya, “Sungguh, orang ini orang benar” (Luk. 23: 47).
Pada kesempatan ini saya ingin membacakan Puisi Paskah, yang digubah oleh seorang Muslim, yang mengakui Yesus sebagai Yesusnya. (http://sbelen.wordpress.com/2011/04/28/easter-poem-by-ulil-abshar-abdalla-an-islamic-scholar-activist/)
Ia yang rebah,
di pangkuan perawan suci,
bangkit setelah tiga hari, melawan mati.
Ia yang lemah,
menghidupkan harapan yang nyaris punah.
Ia yang maha lemah,
jasadnya menanggungkan derita kita.
Ia yang maha lemah,
deritanya menaklukkan raja-raja dunia.
Ia yang jatuh cinta pada pagi,
setelah dirajam nyeri.
Ia yang tengadah ke langit suci,
terbalut kain merah kirmizi: Cintailah aku!
Mereka bertengkar
tentang siapa yang mati di palang kayu.
Aku tak tertarik pada debat ahli teologi.
Darah yang mengucur itu lebih menyentuhku.
Saat aku jumawa dengan imanku,
tubuh nyeri yang tergeletak di kayu itu,
terus mengingatkanku:
Bahkan, Ia pun menderita, bersama yang nista.
Muhammadku, Yesusmu, Krisnamu, Buddhamu, Konfuciusmu,
mereka semua guru-guruku,
yang mengajarku tentang keluasan dunia, dan cinta.
Penyakitmu, wahai kaum beriman:
Kalian mudah puas diri, pongah,
jumawa, bagai burung merak.
Kalian gemar menghakimi!
Tubuh yang mengucur darah di kayu itu,
bukan burung merak.
Ia mengajar kita, tentang cinta,
untuk mereka yang disesatkan dan dinista.
Penderitaan kadang mengajarmu
tentang iman yang rendah hati.
Huruf-huruf dalam kitab suci,
kerap membuatmu merasa paling suci.
Ya, Yesusmu adalah juga Yesusku.
Ia telah menebusku dari iman,
yang jumawa dan tinggi hati.
Ia membuatku cinta pada yang dinista!
Yesus yang dibunuh itu tetap hidup. Itulah Paska. Peristiwa yang begitu penting bagi kehidupan iman kita. Peristiwa yang menjadi daya kekuatan bagi para murid-Nya untuk bangkita pula dari keterpurukan dan keputusasaan. Dengan berbagai macam cara Yesus meyakinkan mereka murid agar percaya bahwa Ia hidup, dan melihat Tuhan di Galilea kehidupan mereka.
Meskipun dibunuh namun Yesus tetap hidup. Dengan berbagai macam cara dan melalui orang-orang yang diutus-Nya meyakinkan kita agar kita percaya kepada-Nya, dan kita pun bersedia diutus-Nya juga untuk menyatakan, bahwa Ia hidup dan tetap bekerja. Ia menyertai kita dalam peristiwa-peristiwa hidup yang sederhana dan biasa, dalam peristiwa makan dan minum. Ekaristi yang kita rayakan pada malam ini hendaknya juga menjadi peristiwa perjumpaan kita dengan Tuhan, yang bersedia memberikan Tubuh dan Darah-Nya agar kita hidup.
Semoga sukacita Paska membuat hidup hidup semakin .Sekali lagi: Selamat Paska.
Terpujilah nama Tuhan kita Yesus Kristus untuk selama-lamanya. Amin.
Semarang, 30 Maret 2013
+ Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang
Tautan: http://pujasumarta.web.id/index.php/arsip-artikel/4-artikel/79-vigili-paska-tirakatan-2013!